Penulis: R.F. Kuang
Penerjemah: Angelic Zaizai
Editor: Meggy Soedjatmiko
ISBN: 9786020648217
Halaman: 656
Cetakan: Pertama- 4 November
2020
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rating: 5/5
Kita menghabiskan seumur hidup mengejar ilusi yang kita pikir nyata, hanya untuk menyadari bahwa kita ternyata bodoh, dan jikalau kita menggapai lebih jauh lagi, kita bakal tenggelam
~The Dragon Republic - Republik Naga, hal 112~
Begitulah jodoh saya dan buku, misterius. Dengan buku ini misalnya. Dengan harga yang lumayan membuat kantong jebol, ketebalan buku ini juga menjadi pertimbangan untuk membeli serta membacanya. Tapi saya sudah jatuh hati pada Rin. Dilema. Untung seorang peri buku mengirimkan pada saya sebagai hadiah.
Masih terkait seputar keinginan Rin untuk membalas dendam kepada Sang Maharani dikarenakan berbagai masalah yang ia timbulkan di Nikan. Untuk bisa membunuh Maharani Su Daji ia membutuhkan bantuan. Situasi sungguh kacau saat itu.
Disisi lain, pasukan Cike masih bertahan, Mereka terdiri dari Aratsha yang menguasai air, Unegen yang bisa bertransformasi menjadi rubah, Suni dan Baji duet pembuat onar, Chaghan yang bergaya ala komandan tiap ada kesempatan serta kembarannya Qara yang bisa berkomunikasi dengan burung. Mereka menerima Rin sebagai komadan karena mematuhi permintaan Altan sebelum meninggal.
Selain itu, ada kesamaan diantara mereka, yaitu kelebihan yang tak biasa. Bagi beberapa orang malah dianggap sebagai kutukan. Karenanya mereka menemukan kenyamanan diantara sesama. Mereka bersatu untuk saling menjaga
Bersama Cike, Rin berusaha mencari berbagai cara agar bisa bertahan dan meneruskan perjuangan mereka. Salah satunya dengan menjadi pembunuh bayaran! Selama 4 bulan, sudah 29 target yang Cike selesai. Tinggal satu lagi, dan mereka akan mendapatkan dukungan dari Ratu Bajak Laut Moag.
Dalam buku ini, Rin bertemu dengan beberapa teman sekelasnya dulu. Ada Kitay anak menteri pertahanan serta Nezha anak panglima perang naga. Mereka memiliki tujuan yang sama, ingin membalas dendam pada Sang Maharani.
Nezha mengajak Rin untuk bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh ayahnya. Vaisra-ayah Nezha memiliki pandangan berbeda mengenai kondisi saat itu, ia ingin melakukan sebuah perubahan besar.
" Aku akan mengubah Kekaisaran menjadi sebuah republik-republik yang hebat, berdasarkan kebebasan individual manusia. Sebagai ganti para Panglima Perang, kita akan memilih pejabat-pejabat. Sebagai ganti seorang Maharani, kita akan punya parlemen, diawasi oleh presiden terpilih."
Gagasan tidak ada lagi pejabat sempat membuat para panglima yang lain merasa ragu. Bagaimana juga, kedudukan mereka sebagai panglima perang bisa saja ditiadakan. Mereka bisa saja menjadi pejabat negara dengan kedudukan lebih tinggi, tapi bukan tak mungkin mereka juga tak memiliki jabatan apa-apa.
Setiap panglima perang harus mempertimbangkan dengan bijak, pada pihak mana mereka akan bergabung. Tidak hanya kekuasaan dan kejayaan mereka namun juga nasib warga yang berada dalam wilayah mereka.
Ohya, membaca nama para panglima perang, membuat saya teringat pada shio-12 nama hewan yang mewakili tahun, bulan, serta jam tertentu dalam astrologi China. Meski dalam shio tak ada Serigala.
Karena bersekutu dengan ayah Nezha, Rin wajib belajar bagaimana mengendalikan kekuatannya tanpa opium. Ia juga belajar memilah mana informasi yang perlu ia percaya, serta mana yang harus ia abaikan. Kehidupan dalam masa tak menentu membutuhkan kesiagaan ekstra.
"Orang-orang akan mencoba memanfaatkanmu atau menghancurkanmu. Kalau kau ingin hidup. kau harus memilih satu pihak. Jadi jangan mengelak dari perang, Nak. Jangan menghindari penderitaan. Saat mendengarkan teriakan, larilah ke arah itu." Demikian nasehat yang disampaikan oleh Panglima Perang Naga agar Rin kuat menghadapi situasi yang berat.
Pada buku kedua ini,bisa dikatakan ia berada dalam titik terendah kehidupannya. Setelah berbagai kejadian seperti lelaki yang diam-diam ia cintai meninggal, serta efek yang timbul akibat ia mempergunakan kekuatan phonix, ia juga harus berurusan dengan kehidupannya pada masa lalu.
Kisah ini membuat pembaca enggan meletakkan buku sebelum tamat. Mengingat banyaknya halaman, sebelum mulai membaca ada baiknya mencari posisi nyaman terlebih dahulu agar tidak pegal selama membaca. jangan lupa cemilan dan minuman hangat he he he.
Meski sudah ada peringatan bahwa buku ini sebaiknya dibaca oleh mereka yang berusia 21 tahun lebih, tetap saja, disarankan untuk menikmati kisah dengan pikiran terbuka. Karena mungkin saja ada beberapa hal yang sepertinya kurang sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Dibandingkan dengan jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh buku ini, rasanya pembaca tak akan rugi. Selain hiburan, secara tak langsung kita belajar tentang sejarah Cina.
Melalui sosok Rin, membaca bisa mendapat inspirasi bagaimana cara pengendalian diri. Kadang, ketika seseorang harus menghadapi situasi berat sendirian, kepercayaan diri menjadi kunci utama. Dukungan para sahabat menjadi kekuatan selanjutnya.
Versi Bahasa Bulgaria |
Untuk kover, saya menyukai versi bahasa Bulgaria. Bayangan saya tentang Rin yang mengepakkan sayap buatan Kitay, sambil bertempur, tergambar dengan tepat. Sesuatu yang saya asumsikan sebagai awan menambah kesan betapa tingginya Rin terbang. Sementara seseorang yang berdiri di ujung tebing, saya asumsikan adalah musuh yang harus dihadapi oleh Rin.
Memang versi Harper Voyager juga mengusung teman sejenis, apalagi warna biru mendominasi kover. Rin memang terlihat sebagai sosok yang hebat, ia bahkan mirip phonix yang ada dalam dirinya dalam kover tersebut. Hanya saja kesannya tidak sekuat versi Bulgaria.
Penasaran, kira-kira bagaimana buku ketiga. Harus menabung dulu ini mengingat harga buku-buku sebelumnya.