Judul asli: MISTERI DR. FU-MANCHU
Penulis: Sax Rohmer Penerjemah: Dina Bigum
Penyunting: Avifah Ve
ISBN: 9786024079277
Halaman: 332
Cetakan: Pertama-2020
Penerbit: Laksana
Harga: Rp 75.000,-
Rating: 3.5/5
Ini perangkap lalatku....
Dan akulah Dewa Kehancuran
~Misteri DR. Fu-Manchu, hal 286~
Sebuah buntelan kado hadiah ulang tahun dari Dion mendarat dengan sukses beberapa waktu yang lalu. Buku yang belakangan ini ramai menjadi bahan pembicaraan karena kisahnya yang bisa dikatakan berbeda dengan buku sejenisnya.
Sepasang penyelidik, Sir Denis Nayland Smith serta Dr Petrie berhadapan dengan penjahat luar biasa yang dikenal dengan nama Dr. Fu-Manchu. Sir Denis Nayland Smith merupakan komisaris polisi kolonial di Burma yang diberikan kekuasaan untuk meminta bantuan dari segala pihak dalam menjalankan misinya. Sedangkan Dr Petrie adalah sahabat lama Sir Denis Nayland Smith.
Sementara Fu-Manchu merupakan funolog ulung. Manusia yang super jenius. Ia begitu memiliki wibawa yang kuat sehingga meski sosoknya tak terlihat berada di sebuah ruangan, keberadaannya tetap bisa dirasakan oleh mereka yang pernah bersinggungan dengannya.
Alih-alih mengandalkan senjata api, ia lebih sering mempergunakan pengetahuan dalam melaksanakan aksinya. Aneka binatang buas yang dilatih, penemuan yang mampu membuat seseorang menjadi seakan-akan meninggal, atau hilang ingatan. Serta tak ketinggalan bantuan alap-alap terkait tugas yang berhubungan dengan fisik.Secara garis besar, kisah dalam buku ini berkisar mengenai bagaimana upaya duo detektif Sir Denis Nayland Smith serta Dr Petrie dalam upaya menggagalkan seluruh misi Fu-Manchu. Beberapa tokoh yang dianggap bisa menghambat tujuannya telah disingkirkan dengan berbagai cara. Sementara yang lain, dibawa paksa ke negara tirai bambu untuk dimanfaatkan kepakarannya, tanpa ada yang menyadari.
Seperti yang sudah diperingatkan oleh narator di halaman 7, sosok Sherlock Holmes dan Dr Watson langsung muncul dalam ingatan saya. Berbeda dengan Mr Holmes yang digambarkan nyaris sempurna dalam segala tindakan (menurut saya sih), Smith tidak selalu selangkah di depan. Ada kalanya ia salah melakukan perhitungan sehingga berakibat cukup fatal bahkan membahayakan jiwanya.
"Dia tersendak-tercekik, tidak bisa bicara dan aku merasakan dia bergeser di peganganku-ditarik keluar dari jendela-ditarik menuju ajalnya!" Demikian yang tertera di halaman 175 sebagai gambaran situasi antara hidup-mati yang ia hadapi.Uraian mengenai sebuah gerakan rahasia yang disampaikan oleh Nayland Smith, membawa saya pada kenangan membaca kisah Empat Besar dari Agatha Christie (silakan mampir). "Apakah ada orang yang menyadarkan Barat akan kebangkitan Timur, yang akan mengajari si tuli bagaimana cara mendengar, si buta melihat, bahkan jutaan orang hanya menantikan pimpinan mereka?"Demikian juga dengan sosok seseorang wanita yang berusaha mencari perlindungan untuk kerabatnya pada Dr Petrie. Serupa dengan sosok pembantu setia para tokoh utama dalam Empat Besar, yang pada akhirnya berbalik mendukung Holmes.
Kisah Tiga Bintik pada salah satu kisah Holmes begitu mirip dengan kasus rencana pembunuhan yang berhasil mereka gagalkan. Memang binatang yang dipergunakan untuk membunuh berbeda, namun ada kemiripan teknis antara kedua kisah.
Masih pada kasus yang sama, ucapan salah satu korban yan membuat bingung kedua detektif, ternyata terpecahkan dengan sangat mudah. Pengucapan "tangan" dan "semut" memang mirip. Tangan merah diartikan sebagai red hand, sementara yang dimaksud adalah semut merah-red ant, jika diucapkan memang mirip. Apalagi yang mengucapkan dalam kondisi antara hidup-mati, sementara yang mendengarkan juga tak begitu menangkap dengan jelas.
Agar paham maksudnya. saya perlu membaca kalimat tersebut dua kali, kemudian mengalih bahasa. Sekedar saran, sebaiknya ada catatan kaki berupa kata yang dimaksud dalam bahasa Inggris dan Indonesia agar mudah dipahami maknanya oleh pembaca.
Terlepas dari urusan kemiripan, kisah ini membuat pembaca terbawa dalam suasana menegangkan. Cara-cara Fu-Manchu dalam upaya menjalankan rencananya membuat kagum dan perasaan ngeri bersamaan. Untung saya bukan musuhnya. Bagi saya, sosoknya lebih menyerupai tokoh utama dari pada pasangan detektif kita.
Saya menemukan ada kata lelayu, misalnya yang ada di halaman 238. Mencoba cari di KBBI ternyata tidak ada. Sepengetahuan saya, seperti juga yang diungkapkan oleh https://apaitu.web.id, lelayu berasal dari bahasa Jawa. Menurut laman ini, lelayu berarti kabar duka, atau berita mengenai seseorang yang meninggal.
Kenapa tidak mempergunakan kata dalam bahasa Indonesia saja? Jika tujuannya untuk mengungkapkan tentang pengumuman kematian. Padahal di kalimat awal sudah disebutkan, "Aku membaca berita kematian orang itu, dan memandang pengumuman lelayu panjangnya, tetapi sekedar membacanya."
Terbit sejak tahun 1913, karya ini sudah diangkat menjadi ke layar lebar. Konon masih ada beberapa buku lajutannya (saya sudah menduga ketika membaca akhir yang dibuat dengan tak tuntas). Semoga bisa segera diterjemahkan.
Sekedar iseng, jika kita ketik judul Misteri Dr. Fu-Manchu pada laman goodreads (di sini, maka terlihat ada 401 edisi. Lumayan banyak juga ya. Ini bisa dianggap sebagai tanda bahwa buku ini sejak pertama kali terbit sudah memiliki banyak penggemar.
Menarik!
Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com
poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
BalasHapusayo di kunjungi agen AJOQQ :D
WA;+855969190856