Dalam lima bab serta 111 halaman, pembaca akan mendapat informasi mengenai sejarah Bahasa Indonesia secara lengkap. Mulai dari kelahiran bahasa Indonesia, Kongres Pemuda I, Kongres Pemuda II, hingga Kongres Bahasa Indonesia I. Serta perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.
Sebagian besar isi buku ini menitikberatkan pada kajian masa lampau bahasa, yaitu sejarah bahasa. Pembaca akan diberikan berbagai paparan ilmiah perihal sejarah pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Sehingga, jika seseorang mendapati informasi yang menyebutkan bahwa tanggal 2 Mei 1926 merupakan hari lahir bahasa Indonesia, dan pengusul nama adalah M. Tabrani, sudah paham secara benar berdasarkan sejarah.
Terdapat
juga informasi mengenai perbedaan antara dialek dan ragam bahasa. Dialek merupakan variasi bahasa menurut
penutur atau pemakai bahasa. Misalnya dialek Betawi, dialek Banyumasan.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian. Ada dialek sosial, karena penggunanya berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan. Kemudian ada Idiolek, merupakan ciri bahasa seseorang. Entah dari lafal, gramatik atau pemilihan kata.
Pada saat usulan Muh Yamin untuk mempergunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu ditolak, tidak membuat Bahasa Melayu punah. Beberapa daerah seperti Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Riau masih mempergunakannya. Demikian juga beberapa negara tetangga.
Buku
ini sangat perlu dibaca oleh para generasi muda agar paham dan makin mencintai
bahasa pemersatu bangsa. Juga bagi para penikmat sejarah dan pemerhati bahasa,
sebagai tambahan referensi.
Dari
111 halaman, uraian mengenai sejarah bahasa hanya 46 halaman, Latar Belakang Pustaka 1 halaman, Indeks 3
halaman, Tentang Penulis 1 halaman. Dengan demikian Lampiran memerlukan 60
halaman. Ada baiknya bagian uraian lebih dipertajam lagi paparannya.
Meski demikian, bagian Lampiran sungguh menarik. Ada tentang artikel atau cerita yang diambil dari aneka media massa dan tahun, iklan, serta Pembukaan Kongres Perempuan Indonesia. Sepertinya saya lebih menikmati bagian ini ^_^.
Ada beberapa kalimat yang ada di halaman 22 bisa dikatakan agak mengganggu. Mengapa harus mempergunakan kata jasa? Bukankah tiap sosok yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II memiliki peranan dan jasa bagi bangsa.
Harimukti Kridalaksana, sang penulis, memiliki nama lengkap K.P.H. Hubert Emmanuel Harimurti Kridalaksana Martanegara. Lahir di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, pada 23 Desember 1939. Merupakan seorang pakar sastra berkebangsaan Indonesia. Beliau merupakan salah satu guru besar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia serta penggagas Pusat Leksikologi dan Leksikografi.
BalasHapusayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
menangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D
WA;+855969190856