Judul: People of The Book
Buku adalah artefak pikiran dan tangan manusia
Sebagai seorang penggila buku, tentunya tak akan melewatkan kesempatan mendapatkan buku yang belum dibaca. Urusan kelak buku tersebut termasuk timbunan dalam jangka waktu cukup lama, lain kisahnya. Intinya mendapatkan bacaan baru.
Salah satu tempat yang menjadi favorit saya adalah meja bookswap ala GRI. Banyak buku yang dulu ingin saya beli dan baca bisa ditemukan di sana. Sebaliknya, buku-buku yang menurut saya tidak perlu berada dalam koleksi saya, pindah ke sana. Biasanya jumlahnya lebih. Saya ambil 5, meninggalkan 8. Biarkan buku-buku tersebut menemukan pembaca sejatinya.
Demikian juga dengan buku ini. Mata langsung melotot membaca kata book yang ada di kover. Penggila buku biasanya (minimal saya dan beberapa teman) akan bahagia menemukan buku yang bertemakan buku. Demikian juga perasaan saya ketika menemukan buku ini
Haggadah Sarajevo merupakan sebuah buku yang dibuat di Spanyol pada abad pertengahan, tahun 1894. Merupakan sebuah naskah Ibrahim berilustrasi mewah, halaman berlukiskan kecil, yang dibuat justru ketika keyakinan Yahudi secara tegas melarang ilustrasi apapun.
Oh ya Dengan ukuran kecil, tak akan ada yang menduga nilai sebenarnya buku tersebut. Kecuali mereka yang memiliki mata terlatih melihat benda langka dibalik penampilan awal yang kadang mengerikan. Pesan yang mengatakan untuk tidak menilai buku dari sampulnya, mungkin tepat untuk menggambarkan situasi tersebut.
Berbagai versi terkait hilangnya buku tersebut muncul. Ternyata seorang kepala perpustakaan museum bernama Ozren Karaman menyelamatkan buku tersebut di tengah-tengah terjadinya berondongan senapan. Tindakan berani, mungkin agak konyol yang dilakukan oleh mereka yang mencintai buku. Tapi begitulah para penggila buku.
Sepertinya hanya pustakawan, terutama yang bertugas dibagian preservasi (mengutip istilah pustakawan di tempat saya), yang paham bagaimana perasaan tokoh utama kisah ini-Dr. Hanna Heath, ketika menerima sebuah buku yang konon telah mampu bertahan menghadapi segala peristiwa selama 5 abad. Mungkin arsiparis juga ^_^.
Saya seakan ikut merasakan profesionalisme Dr Hanna yang mengalahkan rasa penasarannya, ".... Menurut pandangan saya, tugas saya adalah membuat buku cukup stabil agar dapat di tangani dan dipelajari dengan aman, memperbaiki hanya di bagian yang benar-benar perlu." Demikian yang tertera di halaman 32. Padahal jika saya jadi beliau, jelas saya ingin diberikan kesempatan untuk lebih bisa mengeksplore buku tersebut.
Aneka kisah bergulir seiring perpindahan lokasi dan waktu buku tersebut. Wina Abad 19, Venesia 1609, Tarragona 1492, Sevilla 1480. Walau buku tersebut telah menjelajah berbagai tempat dalam kurun waktu yang cukup lama, penulis mampu menjaga alur kisah tetap konsisten. Memang kisah ini diangkat dari kisah nyata, namun menjaga fiksi tetap selaras dengan fakta juga bukan hal yang mudah
Seperti yang saya uraikan di atas, eksemplar yang saya baca merupakan hasil temuan di bookswap, buku seken. Saya tidak ada masalah dengan membaca buku seken sebenarnya, hanya saja yang saya baca penuh dengan tanda dan coretan.
.
Penulis: Geraldine Brooks
Alih bahasa: Femmy Syahrani
Editor: Siska Yuanita
ISBN: 9786020314471
Halaman: 504
Cetakan: Pertama-2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Rating 3.5/5
Buku adalah artefak pikiran dan tangan manusia
~People of The Book, halaman 34~
Sebagai seorang penggila buku, tentunya tak akan melewatkan kesempatan mendapatkan buku yang belum dibaca. Urusan kelak buku tersebut termasuk timbunan dalam jangka waktu cukup lama, lain kisahnya. Intinya mendapatkan bacaan baru.
Salah satu tempat yang menjadi favorit saya adalah meja bookswap ala GRI. Banyak buku yang dulu ingin saya beli dan baca bisa ditemukan di sana. Sebaliknya, buku-buku yang menurut saya tidak perlu berada dalam koleksi saya, pindah ke sana. Biasanya jumlahnya lebih. Saya ambil 5, meninggalkan 8. Biarkan buku-buku tersebut menemukan pembaca sejatinya.
Demikian juga dengan buku ini. Mata langsung melotot membaca kata book yang ada di kover. Penggila buku biasanya (minimal saya dan beberapa teman) akan bahagia menemukan buku yang bertemakan buku. Demikian juga perasaan saya ketika menemukan buku ini
Dibuka dengan kalimat "Bagi
para pustakawan", buku ini membuat rasa penasaran saya makin muncul. Saya
memang bukan seorang pustakawan, walau saya bekerja di perpustakaan. Namun
secara emosi, saya merasakan kedekatan dengan kisah. Maka makin terbukalah
jalan buku ini untuk segera menjadi bagian dari timbunan ^_^.
Selanjutnya pembaca dimanjakan dengan penyajian ilustrasi tentang
perjalanan Haggadah Sarajevo mengelilingi beberapa tempat di dunia. Cukup
jauh juga. Tentunya ini imajinasi yang dibuat berdasarkan kisah nyata.
Haggadah Sarajevo merupakan sebuah buku yang dibuat di Spanyol pada abad pertengahan, tahun 1894. Merupakan sebuah naskah Ibrahim berilustrasi mewah, halaman berlukiskan kecil, yang dibuat justru ketika keyakinan Yahudi secara tegas melarang ilustrasi apapun.
Oh ya Dengan ukuran kecil, tak akan ada yang menduga nilai sebenarnya buku tersebut. Kecuali mereka yang memiliki mata terlatih melihat benda langka dibalik penampilan awal yang kadang mengerikan. Pesan yang mengatakan untuk tidak menilai buku dari sampulnya, mungkin tepat untuk menggambarkan situasi tersebut.
Berbagai versi terkait hilangnya buku tersebut muncul. Ternyata seorang kepala perpustakaan museum bernama Ozren Karaman menyelamatkan buku tersebut di tengah-tengah terjadinya berondongan senapan. Tindakan berani, mungkin agak konyol yang dilakukan oleh mereka yang mencintai buku. Tapi begitulah para penggila buku.
Sepertinya hanya pustakawan, terutama yang bertugas dibagian preservasi (mengutip istilah pustakawan di tempat saya), yang paham bagaimana perasaan tokoh utama kisah ini-Dr. Hanna Heath, ketika menerima sebuah buku yang konon telah mampu bertahan menghadapi segala peristiwa selama 5 abad. Mungkin arsiparis juga ^_^.
Sensasinya seperti yang diuraikan pada halaman 28. "Aku
mengusap lembut sepanjang sudut yang retak dengan jari tengah..." Tentunya
setiap orang akan memiliki perasaan berbeda ketika menemukan sebuah buku yang
dianggap unik seperti buku ini. Namun setidaknya penulis berhasil menyeret
emosi pembaca.
Saya seakan ikut merasakan profesionalisme Dr Hanna yang mengalahkan rasa penasarannya, ".... Menurut pandangan saya, tugas saya adalah membuat buku cukup stabil agar dapat di tangani dan dipelajari dengan aman, memperbaiki hanya di bagian yang benar-benar perlu." Demikian yang tertera di halaman 32. Padahal jika saya jadi beliau, jelas saya ingin diberikan kesempatan untuk lebih bisa mengeksplore buku tersebut.
Aneka kisah bergulir seiring perpindahan lokasi dan waktu buku tersebut. Wina Abad 19, Venesia 1609, Tarragona 1492, Sevilla 1480. Walau buku tersebut telah menjelajah berbagai tempat dalam kurun waktu yang cukup lama, penulis mampu menjaga alur kisah tetap konsisten. Memang kisah ini diangkat dari kisah nyata, namun menjaga fiksi tetap selaras dengan fakta juga bukan hal yang mudah
Ada bagian yang mengisahkan mengenai kejujuran seseorang yang
diuji. Hal yang sering terjadi di sekitar kita. Apakah memilih menjual salah
satu bagian dari buku tersebut dengan alasan kesehatan anak, atau membiarkan
buku tersebut apa adanya. Sungguh suatu hal yang membuat perasaan pembaca
menjadi terusik. Menentukan apakah setuju dengan tindakan yang diambil sang
tokoh dalam bagian tersebut, atau mengutuk perbuatannya.
Jika dikatakan buku adalah artefak pikiran dan tangan manusia, maka upaya menghancurkan sebuah buku bisa dikatakan sebagai upaya untuk mrnghancurkan sebuah peradaban. Sungguh menyedihkan.
Irama berkisah yang agak lambat, merupakan salah satu kendala menikmati buku
ini. Namun jika ditelaah, mungkin justru hal tersebut bisa juga menjadi
kelebihan utama kisah. Pembaca dibuat lebih kenal dan paham mengapa buku
tersebut dianggap penting.
Seperti yang saya uraikan di atas, eksemplar yang saya baca merupakan hasil temuan di bookswap, buku seken. Saya tidak ada masalah dengan membaca buku seken sebenarnya, hanya saja yang saya baca penuh dengan tanda dan coretan.
Kalau ditelaah lebih lanjut, coretan yang ia buat ada benarnya. Beberapa menandakan
kalimat yang sebaiknya dijadikan paragraf baru. Di halaman lain menunjukkan
kata yang salah. hanay saja risih rasanya melihat ada buku yang dicoret-coret, seharusnya pemilik awal buku ini bisa melakukan revisi dengan membuat catatan di tempat lain, jangan langsung mencoreng di buku.
Untuk urusan kover, bagi saya versi keluaran penerbit ini cenderung paling sederhana dibandingkan yang lain. Beberapa versi bisa dilihat di Goodreads. Sepertinya pembaca langsung diarahkan pada judul buku, hal-hal lain dibiarkan menjadi misteri.
Pembaca akan menebak kira-kira apakah isi buku ini, bersinggungan dengan buku dalam hal apa? Apa maksudnya kata orang? Menggugah rasa penasaran merupakan kunci. Warna yang dipilih juga cenderung lembut, warna yang membuat orang merasa tenang dan sejuk saat melihatnya.
Buku ini National Jewish Book Award Nominee (2008), Massachusetts Book Award
for Fiction (2009), Prime Minister's Literary Awards Nominee for Fiction
(2009), Barbara Jefferis Award Nominee (2009), Australian Book Industry Award
(ABIA) for Literary Fiction and for Book of the Year (2008),MShelley Award for
Outstanding Fictional Work (2009), International Dublin Literary Award Nominee
(20100.
Saya membayangkan jika buku ini menjadi film, kira-kira seperti apa jadinya nanti. Pemandangan pasti akan menawan. Belum lagi urusan momen yang menyentuh hati pada beberapa bagian. Menyentuh.
Sumber gambar:
http://goodreads.com
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar