Judul asli: Hush Little Baby
Penulis: Anggun Prameswari
Penyunting: Jia Effendi
Penyelaras aksara: Nunung
Wiyati
ISBN: 9786023853816
Halaman: 340
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 79.000
Rating: 4/5
Kukira semua perempuan ingin menjadi ibu
Aku tidak mau jadi ibu
Kenapa aku harus menjadi ibu?
Bagaimana aku tahu caranya jadi ibu, tanpa ada Ibu di sini
Aku butuh Ibu untuk mengalami bagaimana caranya menjadi ibu
Pertama kali melihat buku
ini, langsung jatuh hati. Padahal saya bukan penggemar berat kisah urban thriller, bagaimana buku
ini dikategorikan. Pastinya juga bukan penggemar warna merah, dominasi warna
pada kover.
Ada dua hal yang membuat
saya tertarik pada buku ini, eh tiga sebenarnya. Pertama kata “ibu” yang
tercetak pada kover. Segala sesuatu terkait ibu pastilah hal yang luar biasa. Kedua, nama “Anggun
Prameswari” entah bagaimana rasanya saya
akrab dengan nama itu. Semula saya mengira itu adalah salah satu sahabat
buku saya di Blogger Buku Indonesia-BBI, ternyata salah. Hanya sama-sama
berawalan Anggun saja. Ketiga, buku ini penerbit kesayangan saya, membaca nama
yang ikut membidani buku ini, minimal sudah bintang tiga. Berarti masuk
kategori buku yang terjamin mutunya.
Tokoh dalam kisah ini
jelas perempuan,hal ini terihat dari kalimat yang ada di kover. “…, bagaimana
aku bisa menjadi seorang ibu?” Ada beberapa tokoh wanita dalam buku, tiga yang
utama adalah Ruby, anaknya bernama
Gendhis, dan Bibi Ka. Selain
mereka masih ada ibu mertua Ruby, Bunda Alana, Rajata suami Ruby (yang ini jelas laki-laki ^_^), serta beberapa
tokoh lain yang meskipun kurang mendapat peranan dalam kisah namun justru
keberadaannya menjadi penghubung para tokoh.
Menjadi ibu ternyata
tidaklah mudah, setidaknya begitu menurut Ruby. Trauma masa lalu membuatnya
tidak ingin menjadi ibu. Ketika ia akan menikah dengan Rajasa, ia sudah mengatakan bahwa ia tidak ingin
memiliki anak, ia tak mau menjadi ibu. Suatu hal yang sangat aneh menurut
Rajasa. Setiap perempuan pasti ingin menjadi ibu, begitu perkiraan Rajasa.
Meski sudah berusaha untuk
tidak menjadi hamil dengan minum pil kontrasepsi, ternyata Ruby tetap hamil.
Mungkin ada saatnya ia lupa atau mungkin pilihan untuk mengendalikan
kehamilannya kurang tepat. Faktanya ia hamil dan akan segera menjadi ibu.
Masa hamil, hingga melahirkan, lalu membawa bayi perempuan yang diberi nama Gandhis, dilewati Ruby dengan berat. Karena berulang kali ia merasa tak layak menjadi ibu. Alam bawah sadarnya merasa takut jika ia tak cukup pantas menjadi ibu. Butuh waktu dan proses yang melelahkan untuk akhirnya ia mulai bisa menerima sang anak perempuan.
Ternyata urusan tak selesai
begitu saja. Tidak cukup dengan Ruby menerima kenyataan ia telah menjadi ibu. Beberapa peristiwa membuatnya dianggap membahayakan bagi sang
bayi. Hingga dengan alasan demi keamanan sang bayi, Ruby diharapkan menjauh. Ia bahkan diminta tidur di kamar terpisah dengan sang suami dengan alasan guna menenangkan diri.
Mencermati bagaimana sikap
Ruby setelah melahirkan, bukan tidak
mungkin ia mengalami apa yang disebut dengan Baby blues. Pada https://www.cussonsbaby.co.id
disebutkan bahwa Baby blues juga dikenal sebagai postpartum blues atau
postpartum distress syndrome, ini adalah perasaan emosional yang dirasakan
Bunda setelah melahirkan. Jika Bunda baru saja melahirkan dan merasa mudah
menangis, mudah tersinggung, dan sedikit tertekan, kemungkinan Bunda mengalami
sindrom “baby blues”
Selanjutnya juga disebutkan bahwa perbedaannya ialah, jika postpartum depression akan berlangsung lebih
lama, lebih kuat, dan lebih keras gejalanya. Bunda akan merasakan rasa sedih
yang berlebih, cemas yang sangat dalam dari biasanya. Mungkin ada ibu yang mengalaminya, namun ada juga yang tidak. Ruby bisa dikategorikan berada dalam kondisi mengalaminya.
Lalu bagaimana Ruby mengatasinya?
Makanya beli dan baca sendiri kisah ini he he he.
Sedikit bocoran, saya kira ini kisah tentang Riby semata, ternyata bukan! Harusnya Saya mulai curiga ketika membaca uraian di halaman 300-an.Bodoh! Petunjuk sejelas itu bisa terlewatkan.
Makanya beli dan baca sendiri kisah ini he he he.
Sedikit bocoran, saya kira ini kisah tentang Riby semata, ternyata bukan! Harusnya Saya mulai curiga ketika membaca uraian di halaman 300-an.Bodoh! Petunjuk sejelas itu bisa terlewatkan.
Jika Anda menyebut Ruby merupakan sosok yang jahat karena tidak ingin memiliki anak, maka tunggu hingga Anda membaca tuntas kisah ini. Ada yang lebih jahat! Meski pada kahirnya tetap kebaikanlah yang meneng (begitulah salah satu pesan moral dari kisah ini, kebaikan bagaimana juga akan selalu menang).
Umumnya kisah terkait ibu adalah bagaimana seorang ibu berjuang demi anaknya. Buku ini kurang lebih sama, hanya perbedaannya adalah kondisi traumatik Ruby yang membuatnya menolak menjadi ibu pada mulanya. Namun kasih sayang dan naluri keibuannya jugalah yang membuatnya mampu bangkit dari bayang masa lalu dan berusaha menjadi ibu terbaik. Ini kisah tentang anak perempuan yang berusaha menjadi ibu terbaik bagi anak perempuannya.
Cara penulis bercerita cukup
unik. Tiap awal bab baru, pasti akan dimulai dengan kalimat”-Aku, xx tahun.” Polanya maju-mundur. Dimulai
ketika tokoh utama berusia 30 tahun lalu mundur pada usia 12, 15, terus bergantian. Hingga penghujung kisah memunculkan kisah ketika tokoh berusia 16 tahun.
Saat tegang membaca kisah,
mendadak muncul kalimat yang membuat saya tertawa. Batal deh tegangnya. Kalimat pada halaman 241 bertuliskan, ".... Yang kamu lakukan kepadaku,
benar-benar jahat." Paham dong maksud saya.
Sementara uraian di halaman
74, lumayan membuat kembali ingatan pada kondisi ketika saya hamil. Bagian ini perlu dibaca oleh para calon ibu dan bapak agar mereka bisa mengetahui kondisi seperti apa yang akan dihadapi kelak.
Selesai membaca kisah ini, saya jadi ingat pada buku bertema Harry Potter yang belum lama saya baca. Disebutkan bahwa salah satu ketakutan Herry adalah ia tak bisa menjadi ayah yang baik, karena ia tak tahu bagaimana melakukannya. Ia tak memiliki semacam role model untuk ditiru. Demikian juga yang dialami oleh tokoh kita Ruby, ia hanya merasakan betapa sang ibu sangat membencinya.
Jika ingin mengenai lebih lengkap mengenai buku ini, serta tertarik memiliki namun mager keluar rumah saat musim hujan begini, silakan berkunjung ke situs resmi penerbit di sini. Ayo kita menyanyi lagu bertema ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar