Judul asli: In a Dark, Dark Wood
Penulis: Ruth Ware
penerjemah: Indradya Susanto Putra
penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
ISBN: 9786022912422
Halaman: 428
Cetakan: Pertama-November 2016
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 79.000
Rating: 4.25
Leonora shaw, kami ingin menginterograsimu sebagai tersangka dalam kasus kematian James Cooper. Kau tak perlu mengatakan apa pun, tapi perkataanmu bisa merugikan pembelaanmu kalau kau tak mengatakannya saat ditanyai sesuatu yang bisa mendukungmu di pengadilan. Apa pun yang kau katakan dapat digunakan sebagai barang bukti. Kau berhak meminta pendampingan pengacara. Kau mengerti?
Musuh dalam selimut, kadang, adalah orang yang paling dekat dengan diri kita. Bahkan bisa saja orang yang dekat pada masa lalu. Waktu belum tentu mampu pengobati rasa sakit hati. Setidaknya bagi Leonora shaw alias Nora.
Suatu hari ia menerima surel untuk menghadiri pesta bujang, pesta yang diadakan sebelum seseorang menikah, dari seseorang yang tak dikenalnya, Flo. Ternyata Flo si pembuat ide adalah sahabat sejak universitas dari sahabat Nora saat kecil, Clare. Nora dan Flo tidak saling mengenal hanya Clare yang menghubungkan keduanya.
Memang tak ada yang aneh dengan pesta seperti itu, masalahnya sudah sepuluh tahun mereka tidak berkomunikasi, kenapa sekarang Clare mengundangnya. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Nora memutuskan untuk menerima undangan tersebut. Dari sekitar dua belas orang yang diundang hanya empat orang yang bersedia datang. Lumayan aneh untuk orang sepopuler Clare saat sekolah dulu, tapi apa saja bisa berubah bukan?
Sebuah lokasi di tengah hutan dipilih untuk menjadi lokasi pesta tersebut. Tempat tersebut bisa dikatakan terpencil dengan akses kendaraan dan jaringan selular pun terbatas. Mereka benar-benar terisolir ketika sudah berada di sana. Satu-satunya cara untuk datang dan pergi adalah mempergunakan mobil melalui jalan yang kurang mulus.
Ternyata hal yang semula diharapkan menjadi sebuah kenangan manis malah membawa petaka. Flo terlalu bersemangat ingin membuat sebuah pesta yang meriah menurut versinya. Sehingga sedikit saja terjadi hal yang tidak sesuai dengan rencana, ia akan menjadi histeris dan mengancam yang lain.
Melanie sibuk berusaha menghubungi rumah. Ia tak tega meninggalkan bayi dengan suaminya. Nina si eksentrik juga sibuk berusaha mengubungi sang pacar. Tom selalu berusaha berlaku layaknya gentlemen. Sementara Nora tak tahu bagaimana harus bersikap, serba salah.
Pernikahan Clare ternyata terkait dengan rahasia masa lalu yang begitu rapat ingin Nora tutup. Keputusannya berada di sana bisa dikatakan membuka rahasia kelam dan luka hati yang selama ini ingin ia lupakan. Nora merasa berada di sana merupakan sebuah kesalahan, dan ia ingin segera pergi kembali ke dunia nyamannya.
Ternyata tidak hanya Nora yang memiliki rahasia, mereka yang diundang umumnya juga memiliki beberapa hal yang tak ingin dibagi untuk umum. Berada di sana bisa mengungkap banyak hal yang seharusnya tak diungkit. Biarkan luka lama menjadi bagian dari masa lalu tanpa perlu diganggu.
Pada bagian awal, kisah terasa datar walau tetap mampu menggugah rasa ingin tahu. Makin lama kisahnya makin seru dan menegangkan. Dengan alur bercerita maju-mundur non cantik (mendadak lebay), pembaca dibuat penasaran untuk mengetahui bagaimanakah akhir kisah ini.
Puncak rasa penasaran saya adalah ketika Nora terbangun di rumah sakit tak ingat apa-apa. Perlahan-lahan ingatannya memang membaik namun tidak cukup cepat, ia harus berpacu dengan waktu. Kumohon ....Tolong katakan saja, tolong bantu aku, apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada teman-temanku? Kenapa tubuhku berlumur darah seperti ini? Luka di kepalaku rasanya tak terlalu parah. Dari mana datangnya darah ini?
Memang pada uraian yang terdapat di kover belakang sudah disebutkan bahwa Nora dicurigai sebagai pelaku pembunuhan. Pembaca bisa menerka bagaimana cerita dalam buku ini. Tapi yang tidak bisa diduga adalah bagaimana proses sehingga Nora menjadi tersangka, serta bagaimana akhir kisah ini. Apakah memang Nora yang melakukan pembunuhan, atau ia menyuruh orang, bisa juga ia difitnah, banyak kemungkinan. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi maka bacalah buku ini.
Sayangnya segala ketegangan diakhiri dengan cara yang terlalu sederhana. Lah kok cuman begini saja, gerutu saya. Seakan-akan sebuah masalah berat ternyata bisa diselesaikan dengan menjentikan jari saja. Andai pemecahan masalah dibuat lebih rumit pasti kisahnya lebih seru lagi.
Alur kisah yang dibuka dengan penggalan kejadian masa sekarang disusul dengan kisah kehidupan Nora hingga terjadinya peristiwa yang menakutkan, membuat pembaca dapat mendapat gambaran mengenai masa lalu Nora. Termasuk rasa sakit hati bercampur cinta yang ia pendam sekian puluh tahun.
Jika pembaca teliti, beberapa petunjuk kecil sebenarnya sudah diberikan oleh penulis. Pembaca tinggal menyatukan kepingan petunjuk untuk menebak akhir kisah ini. Misalnya mengenai telepon genggam Nora.
Agak aneh juga kenapa beberapa kali perihal telepon genggam Nora yang hilang disebut. Mungkin tidak hilang dalam arti sebenarnya tapi Nora tida bisa menemukannya. Baru di halaman 299 saya bisa menemukan hubungannya walau secara samar.
Dari para tokoh, sosok Melanie membuat saya bingung. Apa sebenarnya peran ia dalam kisah ini? Apakah hanya sebagai cameo semata? Seorang ibu yang begitu ingin bertemu dengan teman lama sebagai alasan untuk mendapatkan me time dari kesibukan mengurus buah hati yang berusia enam bulan, namun pada akhirnya nalurinya menang sehingga ia segera memutuskan untuk segera pulang. Selain sosoknya yang dipergunakan untuk menggambarkan betapa susahnya mendapatkan sinyal di sana, saya tak menemukan lagi peran Melanie. Memang hal itu menjadi sesuatu yang penting dalam kisah ini. kalau tak percaya, baca saja sendiri ^_^. Tapi bagi saya peranan tersebut bisa diganti oleh yang lain (itu kalau saya yang jadi menulisnya he he he).
Andai buku ini dijadikan film, Flo merupakan tokoh yang membuat kisah ini menjadi seru. Tingkah polahnya yang selalu menuntut kesempurnaan membuat orang sekitar menjadi jenkel. Apa lagi versi sempurna ala Flo sangat berbeda dengan teman lainnya di pondok itu. Ia sering menampilkan kesan terluka yang membuat orang sekitar jengah.
Hal lain yangmenyenangkan dari buku ini adalah tokoh utama kita digambarkan sebagai seorang penulis. Meski belum begitu populer namun hidupnya bisa dikatakan cukup mapan. Terdapat juga beberapa buku yang disebut dalam kisah ini. Hal ini menunjukan keragaman bacaan sang penulis.
Setelah beberapa kali kecewa dengan buku pilihan yang dibeli, saya nyaris enggan membeli buku ini. Untunglah lagi-lagi ada Teguh Afandi yang berbaik hati meminjamkan buku ini. Ternyata kisahnya cukup seru. Konon buku ini diharap akan menggugah penyukai kisah The Girl on the Train. Para penyuka kisah misteri dan thriller pasti akan menyukai buku ini.
Namanya buku pinjaman, tentunya perlakuannya akan beda dengan milik sendiri. Misalnya pada halaman 45, Teguh memberi garis bawah kalimat Tom, Melanie, dan Flo dengan Clare. Mau tak mau saya jadi ikut terpengaruh. Ada apa dengan keempat orang tersebut? Kenapa sampai khusus diberi garis bawah? Sampai akhir kisah saya tak menemukan sesuatu yang signifikan kecuali mereka adalah tokoh dalam kisah ini. Penasaran, kapan-kapan tanya ah.
Untuk urusan kover, dari empat puluh sembilan versi yang ada di Goodreads, bagi saya versi bahasa Romanian merupakan ilustrasi yang paling tepat untuk menggambarkan isi kisah. Untuk gambaran lokasi kisah, versi bahasa Georgian merupakan yang paling mirip dengan imajinasi saya. Sementara versi bahasa Inggris malah menawarkan sensasi menakutkan yang mengusik rasa ingin tahu saja.
Gambar peralatan makan yang terkena noda darah dalam versi bahasa Italia membuat saya teringat pada sebuah karya penulis detektif kenamaan. Salah satu kisahnya menyebutkan tentang pembunuhan saat jamuan makan malam. Ketika mendadak lampu mati terjadi kehebohan. Terdengar erangan seseorang terkena tusukan dan nyonya rumah (atau tamu, agak lupa saya) merasa ada yang menarik gaunnya. Ketika lampu akhirnya menyala, ternyata seseorang tertusuk pisau makan. Senjata pembunuhan tak bisa ditemukan kecuali oleh detektif si tokoh kisah.
Memang tak ada adengan serupa dalam buku ini, namun ilustrasi tersebut digunakan sebagai perumpamaan bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan saat berlangsung pesta, pesta bujang. Pembaca digiring untuk merasakan akan timbulnya kengerian dibalik keceriaan saat pesta.
Kisah ini merupakan debut dari Ruth Ware. Saat ini ia tinggal di London. karyanya antara lain Women in Cabin 10 dan The Lying Game. Hal penarik dari sosok penulis ini adalah ia sudah menyatakan sejak awal dengan sopan bahwa ia tidak memiliki banyak waktu untuk membaca karya mereka yang baru belajar menulis. Jadi jangan mengirimi draf novel dan meminta masukan. Namun ia juga memberikan saran untuk mengatasinya. Bagi yang ingin tahu seputar penulis bisa dilihat di sini.
Nonton book trailer-nya yuk. Seseru kisahnya ^_^>
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
Penulis: Ruth Ware
penerjemah: Indradya Susanto Putra
penyunting: Ika Yuliana Kurniasih
ISBN: 9786022912422
Halaman: 428
Cetakan: Pertama-November 2016
Penerbit: Bentang Pustaka
Harga: Rp 79.000
Rating: 4.25
Leonora shaw, kami ingin menginterograsimu sebagai tersangka dalam kasus kematian James Cooper. Kau tak perlu mengatakan apa pun, tapi perkataanmu bisa merugikan pembelaanmu kalau kau tak mengatakannya saat ditanyai sesuatu yang bisa mendukungmu di pengadilan. Apa pun yang kau katakan dapat digunakan sebagai barang bukti. Kau berhak meminta pendampingan pengacara. Kau mengerti?
Musuh dalam selimut, kadang, adalah orang yang paling dekat dengan diri kita. Bahkan bisa saja orang yang dekat pada masa lalu. Waktu belum tentu mampu pengobati rasa sakit hati. Setidaknya bagi Leonora shaw alias Nora.
Suatu hari ia menerima surel untuk menghadiri pesta bujang, pesta yang diadakan sebelum seseorang menikah, dari seseorang yang tak dikenalnya, Flo. Ternyata Flo si pembuat ide adalah sahabat sejak universitas dari sahabat Nora saat kecil, Clare. Nora dan Flo tidak saling mengenal hanya Clare yang menghubungkan keduanya.
Versi Bahasa Italia |
Memang tak ada yang aneh dengan pesta seperti itu, masalahnya sudah sepuluh tahun mereka tidak berkomunikasi, kenapa sekarang Clare mengundangnya. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Nora memutuskan untuk menerima undangan tersebut. Dari sekitar dua belas orang yang diundang hanya empat orang yang bersedia datang. Lumayan aneh untuk orang sepopuler Clare saat sekolah dulu, tapi apa saja bisa berubah bukan?
Sebuah lokasi di tengah hutan dipilih untuk menjadi lokasi pesta tersebut. Tempat tersebut bisa dikatakan terpencil dengan akses kendaraan dan jaringan selular pun terbatas. Mereka benar-benar terisolir ketika sudah berada di sana. Satu-satunya cara untuk datang dan pergi adalah mempergunakan mobil melalui jalan yang kurang mulus.
Ternyata hal yang semula diharapkan menjadi sebuah kenangan manis malah membawa petaka. Flo terlalu bersemangat ingin membuat sebuah pesta yang meriah menurut versinya. Sehingga sedikit saja terjadi hal yang tidak sesuai dengan rencana, ia akan menjadi histeris dan mengancam yang lain.
Melanie sibuk berusaha menghubungi rumah. Ia tak tega meninggalkan bayi dengan suaminya. Nina si eksentrik juga sibuk berusaha mengubungi sang pacar. Tom selalu berusaha berlaku layaknya gentlemen. Sementara Nora tak tahu bagaimana harus bersikap, serba salah.
Pernikahan Clare ternyata terkait dengan rahasia masa lalu yang begitu rapat ingin Nora tutup. Keputusannya berada di sana bisa dikatakan membuka rahasia kelam dan luka hati yang selama ini ingin ia lupakan. Nora merasa berada di sana merupakan sebuah kesalahan, dan ia ingin segera pergi kembali ke dunia nyamannya.
Versi Bahasa Inggris |
Pada bagian awal, kisah terasa datar walau tetap mampu menggugah rasa ingin tahu. Makin lama kisahnya makin seru dan menegangkan. Dengan alur bercerita maju-mundur non cantik (mendadak lebay), pembaca dibuat penasaran untuk mengetahui bagaimanakah akhir kisah ini.
Puncak rasa penasaran saya adalah ketika Nora terbangun di rumah sakit tak ingat apa-apa. Perlahan-lahan ingatannya memang membaik namun tidak cukup cepat, ia harus berpacu dengan waktu. Kumohon ....Tolong katakan saja, tolong bantu aku, apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada teman-temanku? Kenapa tubuhku berlumur darah seperti ini? Luka di kepalaku rasanya tak terlalu parah. Dari mana datangnya darah ini?
Memang pada uraian yang terdapat di kover belakang sudah disebutkan bahwa Nora dicurigai sebagai pelaku pembunuhan. Pembaca bisa menerka bagaimana cerita dalam buku ini. Tapi yang tidak bisa diduga adalah bagaimana proses sehingga Nora menjadi tersangka, serta bagaimana akhir kisah ini. Apakah memang Nora yang melakukan pembunuhan, atau ia menyuruh orang, bisa juga ia difitnah, banyak kemungkinan. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi maka bacalah buku ini.
Alur kisah yang dibuka dengan penggalan kejadian masa sekarang disusul dengan kisah kehidupan Nora hingga terjadinya peristiwa yang menakutkan, membuat pembaca dapat mendapat gambaran mengenai masa lalu Nora. Termasuk rasa sakit hati bercampur cinta yang ia pendam sekian puluh tahun.
Jika pembaca teliti, beberapa petunjuk kecil sebenarnya sudah diberikan oleh penulis. Pembaca tinggal menyatukan kepingan petunjuk untuk menebak akhir kisah ini. Misalnya mengenai telepon genggam Nora.
Versi Bahasa Romania |
Dari para tokoh, sosok Melanie membuat saya bingung. Apa sebenarnya peran ia dalam kisah ini? Apakah hanya sebagai cameo semata? Seorang ibu yang begitu ingin bertemu dengan teman lama sebagai alasan untuk mendapatkan me time dari kesibukan mengurus buah hati yang berusia enam bulan, namun pada akhirnya nalurinya menang sehingga ia segera memutuskan untuk segera pulang. Selain sosoknya yang dipergunakan untuk menggambarkan betapa susahnya mendapatkan sinyal di sana, saya tak menemukan lagi peran Melanie. Memang hal itu menjadi sesuatu yang penting dalam kisah ini. kalau tak percaya, baca saja sendiri ^_^. Tapi bagi saya peranan tersebut bisa diganti oleh yang lain (itu kalau saya yang jadi menulisnya he he he).
Andai buku ini dijadikan film, Flo merupakan tokoh yang membuat kisah ini menjadi seru. Tingkah polahnya yang selalu menuntut kesempurnaan membuat orang sekitar menjadi jenkel. Apa lagi versi sempurna ala Flo sangat berbeda dengan teman lainnya di pondok itu. Ia sering menampilkan kesan terluka yang membuat orang sekitar jengah.
Hal lain yangmenyenangkan dari buku ini adalah tokoh utama kita digambarkan sebagai seorang penulis. Meski belum begitu populer namun hidupnya bisa dikatakan cukup mapan. Terdapat juga beberapa buku yang disebut dalam kisah ini. Hal ini menunjukan keragaman bacaan sang penulis.
Setelah beberapa kali kecewa dengan buku pilihan yang dibeli, saya nyaris enggan membeli buku ini. Untunglah lagi-lagi ada Teguh Afandi yang berbaik hati meminjamkan buku ini. Ternyata kisahnya cukup seru. Konon buku ini diharap akan menggugah penyukai kisah The Girl on the Train. Para penyuka kisah misteri dan thriller pasti akan menyukai buku ini.
Versi Bahasa Geogia |
Namanya buku pinjaman, tentunya perlakuannya akan beda dengan milik sendiri. Misalnya pada halaman 45, Teguh memberi garis bawah kalimat Tom, Melanie, dan Flo dengan Clare. Mau tak mau saya jadi ikut terpengaruh. Ada apa dengan keempat orang tersebut? Kenapa sampai khusus diberi garis bawah? Sampai akhir kisah saya tak menemukan sesuatu yang signifikan kecuali mereka adalah tokoh dalam kisah ini. Penasaran, kapan-kapan tanya ah.
Untuk urusan kover, dari empat puluh sembilan versi yang ada di Goodreads, bagi saya versi bahasa Romanian merupakan ilustrasi yang paling tepat untuk menggambarkan isi kisah. Untuk gambaran lokasi kisah, versi bahasa Georgian merupakan yang paling mirip dengan imajinasi saya. Sementara versi bahasa Inggris malah menawarkan sensasi menakutkan yang mengusik rasa ingin tahu saja.
Gambar peralatan makan yang terkena noda darah dalam versi bahasa Italia membuat saya teringat pada sebuah karya penulis detektif kenamaan. Salah satu kisahnya menyebutkan tentang pembunuhan saat jamuan makan malam. Ketika mendadak lampu mati terjadi kehebohan. Terdengar erangan seseorang terkena tusukan dan nyonya rumah (atau tamu, agak lupa saya) merasa ada yang menarik gaunnya. Ketika lampu akhirnya menyala, ternyata seseorang tertusuk pisau makan. Senjata pembunuhan tak bisa ditemukan kecuali oleh detektif si tokoh kisah.
Memang tak ada adengan serupa dalam buku ini, namun ilustrasi tersebut digunakan sebagai perumpamaan bahwa telah terjadi sebuah pembunuhan saat berlangsung pesta, pesta bujang. Pembaca digiring untuk merasakan akan timbulnya kengerian dibalik keceriaan saat pesta.
Kisah ini merupakan debut dari Ruth Ware. Saat ini ia tinggal di London. karyanya antara lain Women in Cabin 10 dan The Lying Game. Hal penarik dari sosok penulis ini adalah ia sudah menyatakan sejak awal dengan sopan bahwa ia tidak memiliki banyak waktu untuk membaca karya mereka yang baru belajar menulis. Jadi jangan mengirimi draf novel dan meminta masukan. Namun ia juga memberikan saran untuk mengatasinya. Bagi yang ingin tahu seputar penulis bisa dilihat di sini.
Nonton book trailer-nya yuk. Seseru kisahnya ^_^>
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar