2016#95: Lockwood &Co Vs Pemuda Berongga

Penulis: Jonathan Stroud  
Alih bahasa: Poppy D  Chufani
Editor Primadonna Angela   
Desain sampul: Olvyanda Ariesta

ISBN: 9786020328034

Halaman: 488

Cetakan: Pertama-Agustus2016

Penerbit: Gramedia   
Harga: Rp 88.000       
Rating: 4/5

Hantu terikat dengan sumber. Trauma pekerjaan, tindak kekerasan, atau sejenis ketidakadilan menghentikan spirit berlalu ke dunia lain, dan, seperti anjing diikat di tiang hantu berkeliaran di sekitar objek itu sampai seseorang memotong koneksinya.

Kembali kita mengikuti kisah seru trio Antony, George dan Lucy, The Lockwood & Co. Ketiga bersatu padu memberantas wabah yang menyerang. Selain itu mereka juga harus berusaha membuat nama agensi Lockwood  terangkat. Maklum dengan agensi yang hanya terdiri dari tiga orang, tak mudah membuat orang tertarik. Sementara itu, mereka juga butuh pekerjaan agar bisa membayar aneka tagihan tentunya.

Eh, maaf bukan hanya bertiga. Ada seorang asisten perempuan yang baru bergabung. Sebagai satu-satunya perempuan, wajar jika Lucy agak cemburu pada sosok asisten baru yang cantik dan super efisien, Holly Munro mantan anggota Agensi Rotwell yang diberhentikan (menurut saya,  alasan diberhentikan bakalan menjadi bagian yang seru untuk dibahas kelak). Apa lagi kedatangannya bertepatan dengan saat Lucy pergi mengunjungi orang tuanya. Tanpa sadar ia menikmati perhatian yang diberikan oleh George dan Anthony. Urusan cinta..., nganu itu sepertinya masih butuh bayak pembahasan lagi. 

Bahasa Swedia

Dengan manisnya, penulis menjadikan urusan cemburu menjadi sekedar bumbu penyedap, bukan hal utama. Ketegangan akibat mengikuti upaya mereka membasmi hantu masih merupakan hal yang seru. Tapi tanpa bumbu, rasanya kurang mantap juga ^_^

Dalam buku ini, mereka berurusan dengan beberapa tipe hantu. Tipe pertama yang biasa saja, tipe kedua yang lumayan berbahaya, dan tipe tiga yang belum bisa diindentifikasi karena yang berurusan dengan tipe ini keburu meninggal. Peralatan serta senjata seperti garam, suar magnesium, besi perak dan lavender masih merupakan hal yang harus dibawa setiap kali bertugas.

Karakter ketiga tokoh berkembang. Kemampuan Lucy untuk merasakan dan berkomunikasi dengan hantu dan sejenisnya meningkat. Bagus memang, masalahnya ia belum mampu mengendalikan kekuatannya tersebut. Beberapa kali ia melakukan hal konyol karena itu. Efeknya bukan saja membahayakan jiwanya tapi juga keselamatan anggota tim yang lain.

George makin pandai melakukan penelusuran di perpustakaan dan pusat arsip, kemampuannya memilah data hingga menemukan sebuah petunjuk makin terbukti. Ia berhasil menemukan sumber masalah yang belakangan menimbulkan  kegemparan. 

Sementara Lockwood, sosok misteriusnya makin membuka diri sedikit demi sedikit. Ia bahkan mau membagi kisah mengenai kakaknya yang sudah tiada, Jessica. Hal yang sungguh luar biasa mengingat sifat tertutupnya selama ini.

Selain menikmati sensai rasa tegang dan kengerian, sebenarnya pembaca juga mendapat pelajaran sejarah tanpa disadari. Misalnya ketika membaca mengenai  Wabah Hitam di halaman 285.  Wabah Hitam atau Maut Hitam atau Black Death merupakan suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (1347 – 1351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi multi-regional. Penyakit ini berhasil dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tapi masih berlanjut pada bagian lain dunia.

Bahasa Inggris

Pembaca di tanah air boleh bangga karena nama Indonesia disebut pada halaman 76. Tepatnya tertulis, "Kurasa benda itu entah dari daerah mana di Indonesia." Kalimat itu sekaligus memperjelas bahwa  negara kita diakui sebagai tempat dimana aneka benda dengan kekuatan gaib bisa ditemukan. Bukan hal yang bagus sih kalau menurut saya.
 
Sang tengkorak menjadi favorit saya karena celetukannya. Keberadaannya juga sudah mulai mendapat tempat di agensi, sebagai narasumber he he he. Beberapa kali ia dibawa dalam tas Lucy ketika mereka sedang bertugas.  Bukan hal  mudah bagi Lucy betugas sambil mendengarkan omongannya. Ucapannya yang singkat, padat, tepat sasaran dan diucapkan pada waktu yang tepat, mampu membuat Lucy merasa kesal. Tapi jika dikaji, ucapannya memang benar. 

Sepertinya untuk seri ini, kover sengaja dibuat dengan dua lapis, dimana pada lapisan awal ada bagian yang sengaja dibuat berlubang hingga menunjukkan sebagian kover selanjutnya.  Dengan melihat kover saja, kengerian dan keseruan kisah sudah bisa kita rasakan.

Entah kebetulan, atau memang segaja, warna hitam sepertinya dipilih untuk dijadikan latar. Mungkun karena banyak yang berpendapat warna hitam melambangkan perlindungan, pengusiran sesuatu yang bersifat negatif, mengikat kekuatan, ketakutan, kejahatan dan lainnya (kaikanika.blogspot.co.id). Terlepas dari itu, warna hitam juga  Sangat bagus untuk menampilkan karya seni karena membantu penekanan warna-warna lain. 

Judul versi bahasa Indonesia juga mampu menggugah rasa penasaran. Bagaimana seorang pemuda atau anak remaja pria bisa jadi berongga? Terjadi sesuatu hal atau bagaimana? Plus ditambah ilustrasi yang menyerupai topeng, membuat pertanyaan lagi muncul. Kenapa ia memakai topeng? Singkat kata, mampu menarik rasa pensaran, minimal mereka yang melintas di dekat buku ini akan melirik.

Glosarium sekali lagi tersedia di bagian akhir  buku. Tanda bintang satu untuk hantu Tipe Satu dan tanda bintang dua untuk hantu Tipe Dua juga masih diberikan.  Saat membaca Ghost-bom (bom hantu) saya jadi teringat pada  kisah pokemon. Saat dilempar pada pokomen akan keluar pokemon, pada ghost bom spirit di dalamnya akan muncul dan menebar ketakutan. Bahkan bisa melakukan sentuhan hantu. Satunya membantu, yang lainnya menakutkan.

Bahasa Belanda

Oh ya, ada makanan favorit baru dalam buku ini,  Roti salut gula yang tersedia dalam berbagai rasa. Lucy membelinya di toko Arif di ujung Portland Row saat pulang dari berkunjung ke rumahnya. Kesukaan Lockwood adalah  rasa badam (seperti apa ya).

Sangat paham bawah  buku  yang saya baca ini hadir karena campur tangan banyak orang, yang berusaha bekerja profesioanal dengan kelebihan dan kekurangan. Hanya saja, untuk penerbit yang satu ini, sepertinya saya selalu mengharapkan tidak ada kesalahan sama sekali. Baik dari typo maupun layout. Padahal kesalahan yang ada bersifat manusiawi.

Penulisan kata untuk yang ditulis menjadi kata untu di halaman 72, kata tinggal yang terpenggal menjadi ting-gal padahal berada di tengah kalimat pada halaman 101, pemenggalan kata per-nah dalam kalimat  di halaman 131   merupakan kesalahan manusiawai yang saya temukan dalam buku ini. 

Kesalahan utama saat membaca buku ini adalah saya tidak langsung menamatkan dalam sekali baca. Seharusnya dengan kecepatan saya membaca hal ini bisa saya lakukan. Memang tidak ada salahnya membaca tidak langsung tamat. Tapi bagi saya (sekali lagi buat saya lho) sensasi keseruan dan menakutkannya menjadi berkurang.   

Dan kisah ini ditutup dengan hal yang menyebalkan. Saya agak kaget membaca akhir kisah ini. Tapi saya juga penasaran bagaimana akhirnya kelanjutan keputusan yang diambil dengan sembrono oleh salah satu dari ketiga halah salah lagi, maksudnya keempat anak dalam agensi. Bahkan George sampai kehilangan napsu untuk memakan kue coklat yang disukainya." Hilang sudah seleraku untuk makan  kue sialan ini!"


Sumber gambar:
Goodreads