Penulis: Budi Darma
Penyelaras
aksara: Nunung Wiyati
Penata
aksara: Axin
Perancang
sampul: Fahmi Ilmansyah
ISBN:
9786023850211
Halaman: 316
Cetakan:
Pertama-Mei 2016
Penerbit:
Noura Books
Harga:
Rp 58.000
Rating:
3.75/5
Di dalam hutan inilah dua bintang masing-masing menginsyafi dirinya sebagai binatang, dan memperlakukan lawannya sebagai binatang.
Tunggu...!
Biarkan
saya menarik napas sejenak. Gemas dan melelahkan juga ternyata ketika berurusan
dengan tokoh Saya dalam buku ini. Bukan mau membedakan kebiasan orang
berdasarkan jenis kelamin, tapi biasanya, sekali lagi biasanya, sosok yang
usil, suka mencampuri urusan orang, pengadu, comel di sekitar saya adalah sosok
perempuan. Ibu-ibu yang mengisi hari dengan mengamati sekitar, dijamin mereka
bisa menjadi informan tercanggih jika berurusan dengan tetangga. Tapi, dalam
buku ini semua hal itu justru merupakan kebiasaan tokoh Saya yang berjenis
kelamin pria! Tidak ada larangan, hanya tak biasa saja.
Buku setebal 316 ini mengajak pembaca menikmati kisah tentang Saya. Tokoh utama dalam buku ini, tidak diberi nama hanya dipanggil dengan Saya. Hal ini dikarenakan penulis pengambil porsi selaku tokoh utama sekaligus narator. Membaca buku ini, seakan-akan kita sedang mendengarkan seorang sahabat sedang bercerita.
Cara
penulis menciptakan sosok Saya dengan kepribadian uniknya patut diberi acungan
jempol. Tiap sosok Saya yang ada pada cerita seakan-akan begitu nyata dengan
karakternya yang kuat.
Tokoh
Saya, dalam buku ini melakukan hal-hal yang sungguh luar biasa jahilnya menurut
saya. Jahil dalam arti menyebalkan. Misalnya ia berupaya membeli teropong
khusus guna mengamati seseorang, bolak-balik melewati halaman orang agar bisa
mengetahui kondisinya, melaporkan halaman tetangga yang dianggap tidak terawat
dengan nama palsu.
Beberapa
perbuatannya bahkan merupakan perbuatan menjurus jahat, seperti menaruh
binatang kecil dan merusak ban mobil . Meski begitu, layaknya manusia
umum, ada juga sisi baik dari tokoh Saya. Saat ia bersedia berbagi kamar dengan
seseorang sebagai contoh. Begitulah hidup, ada sisi baik dan buruk pada setiap
hal.
Entah mengapa, saya merasa sepertinya ada hubungan kekerabatan antara Saya dan Ove, tokoh dalam buku karangan Fredrick Backman. Sama-sama menyebalkan, mau tahu urusan orang, comel, tapi memiliki rasa sayang pada sesama dengan caranya sendiri.
Dari
tujuh kisah yang ada yaitu Lelaki Tua Tanpa Nama, Joshua Karabish, Keluarga M,
Orez, Yorrick, Ny. Elberhart dan Charles Lebourne, saya memberikan jempol
terutama pada kisah Orez dan Charles Lebourne. Mungkin pembaca yang lain
menyukai kisah lainnya. Salah satu kekuatan kisah dalam buku ini adalah
kedekatan kisah dan sosok Saya dalam kehidupan sehari-hari.
Kisah
Orez mengajarkan tanggung jawab pada apa yang sudah diputuskan. Sebelum menikah
Saya sudah diberitahu tentang silsilah keluarga calon istri yang kurang baik.
Namun ia tetap memutuskan untuk menikahi dan memiliki anak, sementara Hester
juga setuju untuk dinikahi dan bertekat menjaga kandungannya. Meski ada hal
lain yang menjadi pendorong mereka menikah, seperti yang tercetak di halaman
100. " Tapi napsu binatang sudah terlanjur menggebu dalam
nadi-nadi saya." Apapun alasannya, mereka menikah. Maka mereka
berdua harus bertanggung jawab pada pilihan itu.
Sosok Orez mungkin saja mengalami Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD). Bukan sesuatu yang tidak bisa ditangani saat ini, namun banyak orang tua yang ingin memiliki tongkat sihir lalu membuat anaknya menghilang. Bukan, bukan karena tidak sayang namun karena sudah tidak tahu bagaimana harus berbuat dan bersikap. Seperti itulah Hester Price dan Saya.
Sekedar
berangan-angan, kisah ini pasti bisa menjadi kisah inspiratif yang mengharukan
jika dijadikan sebuah buku sendiri. Bagaimana kedua orang tua Orez berupaya
berkompromi dengan keadaan anaknya. Mereka tak perlu lagi berpindah tempat
kerja dan rumah karena ingin menutupi keberadaan Orez. Mereka akhirnya bisa
menerima Orez sebagai bagian dari kehidupan yang harus mereka jalani, bukan
kutukan.
Dari
beberapa cerita,benang merah yang bisa saya tangkap adalah perihal sakit. Entah
kenapa, sepertinya tokoh Saya gampang sekali menderita suatu penyakit, atau
merasa menderita. Ia sampai harus memeriksakan dirinya karena merasa takut
tertular oleh Joshua atau saat mengunjungi seseorang mendadak juga merasa
sakit. Mungkin, jika tidak sedang usil mengamati tetangga, mengasihani diri
karena sakit adalah kesukaan tokoh Saya.
Ada
dua hal yang terkait puisi dalam buku ini. Semoga saya tidak salah
hitung. Pertama pada kisah Joshua Karabish, tokoh Saya mengirim puisi yang
dibuat Joshua atas namanya dan mendapat hadiah atas puisi tersebut. Kedua
pada kisah ny. Elberhart, tokoh Saya penulis puisi atas namanya dan mencoba
mengirim ke berbagai penerbit.
Biasanya,
judul kumpulan cerpen mempergunakan salah satu kisah yang dijagokan, kisah
andalan. Tapi tidak dalam buku ini, Diberi judul Orang-orang Bloomington karena
kisah ini merupakan hasil pengamatan penulis terhadap kehidupan di
Bloominton, meski ada kisah yang tidak ditulis di sana.
Bloomington
merupakan sebuah kota di wilayah selatan negara bagian Indiana. Kisah ini
merupakan karya penulis selama menjadi mahasiswa Indiana University dengan
sponsor The Ford Fulbright. Melalui karya ini, Budi Darma berhasil
menyabet penghargaan S. E. A. Write Award 1984 dari Pemerintah Thailand.
Pada
situs berikut,
terlihat bahwa buku ini sudah mengalami beberapa kali cetak dengan penerbit
yang berbeda sebelum akhirnya Noura Books menerbitkan ulang. Penasaran saja,
perbedaannya dimana ya? Meski kisah tidak mengalami perubahan, namun namanya
beda penerbit biasanya ada sesuatu yang berbeda.
Serius,
saya jadi kepikiran kalau sosok Saya dan Ove berada dalam satu kisah bagaimana
jadinya, pasti pembaca bisa gulung
koming karena gemas.
Sumber
gambar:
https://www.goodreads.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar