Penulis: Tim
Penulis NDI
Penyunting:
Zulfa Simatur & Fitria Pratiwi
Pendesain
sampul: Nuruli
Penata
letak: EM Giri
Ilustrasi
sampul & isi: Sahua d & mhatzapa
ISBN: 979-065-210-0
Halaman: 350
Penerbit: VisiMedia Pustaka
ISBN: 979-065-210-0
Halaman: 350
Penerbit: VisiMedia Pustaka
Harga:
Rp 59.000.00
Mari berkenalan dengan 5 anggota baru Net Detective Indonesia (NDI), sebuah organisasi detektif swasta, memiliki misi mengungkap kasus-kasus misterius yang terjadi di Indonesia. Mereka adalah Badai yang selalu melihat suatu hal dari banyak sisa dan memiliki kemampuan analisa yang tinggi, Loka sang kutu buku yang menolak kuliah tapi memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, Gilang sang pemarah tapi baik hati, Ai si manis pandai penyuka es krim dan teka-teki,Val si remaja ABG namun kritis pada banyak hal.
Tidak seperti perkumpulan atau organisasi yang lain, kelima anggota baru tersebut direkrut dengan cara yang unik, mereka dibuat sedemikian rupa sehingga tanpa sadar telah berada ditengah sebuah misteri yang menantang kemampuan mereka untuk memecahkannya.
Buku
misteri jelas sudah banyak. Tapi buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Kekuatan
utama alasan buku ini layak dibaca dan dikoleksi adalah dari cara berceritanya.
Buku ini mengisahkan 5 orang terpilih yang harus memecahkan misteri. Belakangan
setiap misteri ternyata memiliki keterkaitan satu dengan lainnya sehingga
menjadi sebuah misteri besar.
Hal
biasa? Memang. Justru bukan itu kelebihan buku ini. Kelebihannya adalah seluruh
tokoh dibangun oleh orang yang berbeda, artinya ada 5 orang penulis.
Seluruh penulis awalnya membuat sebuah kisah sendiri-sendiri berdasarkan tokoh
ciptaannya. Belakangan ada bagian yang mengharuskan beberapa tokoh saling
bahu-membahu memecahkan masalah. Disinilah letak kekuatan buku ini.
Jika
pada penulisan sepak terjang setiap tokoh, pada 5 kisah awal, terlihat
bagaimana ego seorang penulis. Dimana gaya berkisah, pemilihan kata
terlihat berbeda. Kisah-kisah tersebut dibuat dengan menggunakan sang tokoh
sebagai narator. Justru pada 5 kisah selanjutnya, bagian mereka harus bekerja
sama tidak terlihat kisah tersebut dikisahkan oleh orang yang beda. Seakan lima
kisah yang pertama ditulis oleh 5 orang yang berbeda, pada 5 kisah selanjutnya
juga ditulis oleh 5 penulis yang membuat kisah 5 diawal tadi. Pada 5 kisah yang
mengandung unsur dimana mereka harus bekerja sama peran para tokoh terlihat
seimbang. Hal ini menandakan siapa pun yang membuatnya sudah mampu menekan ego
untuk tidak menonjolkan tokoh ciptaannya.
Sebagai
contoh, jika saya menciptakan tokoh C, sementara teman-teman saya
menciptakan tokoh D, R dan K maka saat saya harus membuat sebuah kisah yang melibatkan
D, R dan K kemungkinan besar saya akan membuat kisah dimana C adalah
pahlawan utama, tokoh utama sementara D, R dan K adalah tim penggembira. Dalam
buku ini, penulis yang menciptakan tokoh C memberikan porsi yang sama dengan D,
R dan K saat membuat sebuah kisah yang melibatkan mereka.
Ada
2 kemungkinan, penulis yang sudah mampu menekan ego atas nama sebuah karya, buku
ini bukti betapa baiknya kerja sama diantara para penulis. Atau editor yang
sangat mampu membuat sebuah kisah tetap berada pada jalurnya. Semoga keduanya.
Kisah
yang ada dalam buku ini beragam. Ada yang begitu membaca langsung membuat kita
teringat pada kisah yang ada di tanah air. Beberapa kisah mengambil lokasi
peristiwa di tanah air, tapi ada juga yang di luar negeri. Sosok yang menjadi
korban juga beragam, ada dewasa, anak-anak, pria atau wanita. Ada kisah
yang bisa dimengerti dengan mudah, namun ada juga yang membutuhkan telaah
lebih. Banyak hal bisa kita temui dalam buku ini.
Pembaca tidak hanya menikmati buku ini namun juga ditantang untuk memecahkan kasus. Pada bagian Solve The Riddle, sesuai dengan judulnya ada 8 soal yang harus dipecahkan. Bagi yang tidak sanggup memecahkan tak perlu meredam rasa penasaran, pemecahannya ada di bagian akhir buku ini. Tapi bukankah letak kesenangan membaca buku misteri adalah ketika mengetahui pemecahan misteri yang kita simpulkan sama dengan yang dirancang oleh penulis? Coba dulu memecahkan 8 kasus sederhana itu, jika sudah menyerah baru dibaca pemecahannya.
Seperti layaknya kisah misteri, kadang hal-hal kecil menjadi sebuah petunjuk guna menemukan jawaban. Atau bisa menjadi sebuah bumerang bagi sang pelaku kejahatan, karena hal sepele kejahatan yang disusun rapi terbongkar. Begitu juga dengan buku ini. Beberapa hal kecil terasa janggal.
Sebagai contoh, kasus Pelakunya Parakang. Disebutkan bahwa korban merencanakan pergi ke bank bersama teman lamanya untuk mengambil dana. Si teman lama membutuhkan pinjaman dana segar. Agak aneh saja buat saya, di zaman yang canggih ini masih dibutuhkan pergi ke bank untuk mengambil uang dan diserahkan pada orang lain yang kemungkinan akan menyimpan uang yang diterima ke bank. Bukankah lebih mudah dengan trasnfer, atau paling tidak memberikan cheque tanpa perlu si korban ikut ke bank.
Pada
halaman 80 dituliskan,"Jika kita perhatikan angka yang merah saja..."
Padahal buku ini dicetak dengan menggunakan tinta hitam. Lalu bagian mana yang
merah? Mungkin saat penyusun kisah ini sang penulis menempatkan kisah pada
situasi dimana ada penulisan dengan menggunakan tinta merah, sayangnya ketika
dicetak kondisi itu sudah tidak berlaku lagi. Mungkin lain kali bisa disiasati
misalnya dengan dicetak lebih tebal, lebih besar atau bahkan mungkin saja
benar-benar menggunakan tinta merah, meski artinya akan ada kenaikan biaya
produksi.
Lain lagi pada kisah Tragedi Pembakaran Panti. Tokoh dalam kisah ini Val dan Ai
mendapatkan daftar orang yang memiliki izin khusus guna masuk ke daerah
sekitar alun-alun. Sebagai sepasang peserta yang jelas bukan petugas dari
Kepolisian bagaimana bisa mereka mendapatkan daftar tersebut? Seharusnya hal
tersebut menjadi suatu hal yang tidak bisa dibagikan begitu saja layaknya
Siaran Pers Kegiatan. Lalu bagaimana cara mereka bisa "meminta"
dengan begitu mudahnya. Atau bagaimana mereka dengan mudahnya menanyai para
panitia terkait peristiwa yang terjadi di panti? tentunya para panitia menjadi
waspada dan tidak gampang mengumbar kisah pada seorang anak ABG dan mahasiswa,
harus ada trik khusus yang sebaiknya dikisahkan.
Kelima tokoh dalam buku ini dituliskan sebagai Badai, Loka, Gilang, Dias serta Val. Namun banyak bagian dalam buku ini yang memanggil Aimee Dias Wany dengan Ai. Akan lebih manis jika pada sinopsis yang berada di bagian belakang buku mencantumkan Ai. Sekalian menyebutkan apa kelebihannya selain manis. Manis dalam hal ini bisa bermakna enak dilihat, elok, menyenangkan. Jika demikian itu bukan kelebihan yang bisa ditonjolkan karena sifatnya relatif. Tergantung individu yang memandang. Demikian juga dengan kata "mudah marah" Akan menjadi makin menarik jika yang ditonjolkan adalah kemampuan yang terkait dengan keahlian sebagai detektif, seperti jago mengamati, memiliki daya ingat tinggi, mampu melakukan pekerjaan fisik dan sebagainya.
Persahabatan
antara AKP Sudirman dengan Badai mengingatkan pada
persahabatan Kapten Kosasih dengan dan Gozali, keduanya bahu-membahu melacak
kejahatan khususnya di Surabaya. Atau
persahabatan Dr. John H. Watson dan Sherlock Holmes, serta Hercule
Poirot dan Kapten Arthur Hastings. Kenapa harus dibuat mirip,
seorang detektif atau polisi membutuhkan bantuan dari orang lain walau kadang
hal sepele. Oh ya jika pembaca jeli, beberapa kalimat yang dicetak miring
bisa menjadi petunjuk lho.
Sekedar saran, untuk buku selanjutnya sebaiknya pada penulis mulai mengurangi menunjukan unsur kekaguman pada para detektif yang sudah melegenda. Selain mengutip ucapan dan mengungkapkan kekaguman dalam kisah, ada juga yang menggunakan istilah guna menerngkan suatu keadaan atau teknik pembunuh seperti yang sering dipakai oleh para detektif tersebut.
Memang
bagi penyuka kisah detektif sosok Sherlock Holmes, Hercule Poirot dan
Conan sudah menjadi semacam panutan tapi sepertinya tidak perlu menuliskan kata
yang seakan-akan cara para detektif muda tersebut harus mengekor mereka dalam
memecahkan kasus. Jika memang harus ada semacam panutan kenapa
tidak mengacu pada tokoh detektif di tanah air?
Untuk kover, wananya jelas menggoda mata
untuk melirik. Gambar gedung dan mobil mungkin mengacu pada beberapa kasus yang
melibatkan gedung. Sementara gambar sosok orang dengan warna putih serta latar
hitam akan membuat kita teringat akan penandaan TKP. Sayangnya kalimat yang
ditulis di atas judul membuat yang membaca langsung mengingat salah satu tokoh
detektif. Hal ini tentunya tidak bagus dari sisi pemasaran. Harusnya NDI yang
diingat bukan tokoh yang lain.
Jika ada waktu luang, mampirlah ke http://www.netdetectiveindonesia.org
agar bisa mengenal NDI dengan lebih dekat.
Menarik
Jadi terpikir buat bikin
proyek bareng. Saat Secret Santa tanggal 25 Desember nanti tentunya akan lebih
seru jika ada bantuan dari NDI untuk membuat aneka soal yang harus dipecahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar