Rabu, 02 Juli 2014

Review 2014#33: The Bliss Bakery Trilogy #3: Bite-Sized Magic



Penulis: Kathryn Littlewood
Penerjemah: @putronugroho
Penyunting: Lulu Fitri Rahman
Penyelaras Aksara: Herlinawati Sitorus, Lani Rachmah
Penata Aksara: Nurul M Janna
ISBN: 978-602-1306-00-0
Halaman: 345
Penerbit: Mizan Fantasi (Noura Books, Imprint Mizan Media Utama)
Harga: Rp 58.000

"Kalau saja aku tidak perlu membuat roti lagi."


Hati-hati mengucapkan  apa yang kau inginkan, terutama jika menjelang ulang tahun. Harapan yang diucapkan sebelum ulang tahun sering menjadi suatu hal atau peristiwa  tak terduga.  

Setidaknya begitulah yang terjadi terhadap Rose. Keinginannya bisa dimaklumi. Setelah menjadi Chef termuda yang pernah menjuarai Gala des Gateaux Grands kehidupannya menjadi berubah total.


Sering kali saat ia membuka kamar tidurnya yang terlihat adalah segerombolan pencari berita yang ribut meneriakan berbagai pertanyaan. Ketenangan  dan kedamaian jauh dari kehidupannya. Musim panas kali ini memberikan suasana yang berbeda bagi Rose, dan tentu saja keluarganya. 


Tidak hanya para wartawan, surat-surat penggemar yang berisi beragam permintaan. Sage dan Ty, kedua saudara laki-laki Rose bertugas menyortir surat-surat tersebut. Isinya beragam. Dari Presiden Spanyol yang menginginkan sepotong kue, Majelis Umum PBB yang ingin dibuatkan cupcake pada pertemuan selanjutnya untuk setiap duta besar yang dihiasi bendera masing-masing negara dengan cita rasa kampung halaman setiap duta besar dalam setiap gigitan, hingga artis Katy Perry yang begitu menginginkan kue buatan Rose.


Setelah berhasil mengalahkan Bibi Lily Le Fay, Rose mengira urusannya dengan sang bibi setesai sudah.  Buku resep keluarga memang telah kembali.  Namun ada yang tidak ada, Apokrif Albatross. Bagian tersebut berisi resep-resep jahat yang membawa pengaruh buruk. Biasanya diselipkan di kantong sampul belakang Bliss Cookery Booke. Namun saat  Lily mengembalikan Booke sesuai perjanjian jika ia kalah pada Gala des Gateaux Grands, Apokrif tersebut tidak ada. 

Ternyata ada pihak lain yang berniat menguasai dunia melalui roti. Mereka nekat menculik Rose setelah gagal mendapatkan Booke. Rose dipaksa membuat roti-roti yang mengerikan dengan menyempurnakan resep yang sebelumnya telah dibuat  oleh Lily dengan bantuan Apokrif. Dengan kecerdikannya  Rose berhasil menemukan Apokrif, yang ternyata selain memuat resep sihir jahat  juga mencantumkan resep penawarnya. Dunia berhutang terima kasih pada Rose.


Ironi memang. Selama ini Follow Your Bliss Bakery berusaha menciptakan sesuatu guna membantu orang lain terutama warga Calamity Falls. Ada  Kukis Kebenaran untuk Ny. Havegood yang suka berbohong, Pastel-Apel-Petualangan untuk Perhimpunan Pustakawati, Shortbread Mata-Melihat bagi Florence sang penjual bunga yang nyaris buta, dan masih banyak lagi warga kota. Pihak lain justru menciptakan hal yang merugikan seperti kegemukan, gigi berlubang dan berbagai penyakit lainnya akibat terlalu banyak makan kue.


Ada lima resep PKMM yang harus diselesaikan Rose dalam waktu singkat. PKMM, Produk Konsumsi Mirip-Makanan. Disebut begitu dikarenakan campuran bahan pengawet dan zat kimia yang digunakan oleh pihak yang menawan Rose, oleh pemerintah dianggap sebagai Bukan Makanan, tapi Mirip Makanan. Sungguh berbeda dengan yang disajikan oleh keluarga Rose, semuanya tanpa bahan pengawet.


Dalam buku ini aneka bahan ajaib masih kita temukan. Penulis dengan piawai memberikan sebuah resep dengan sihir jahat dan memberikan penawarkan yang jika dipikir lebih dalam memang saling terkait. Misalnya saja untuk melawan Objek Antipati, maka Rose harus membuat roti dengan bahan ajaib Kasih Ibu. Kasih sayang seorang ibu terkenal mampu meruntuhkan banyak hal buruk.


Dibandingkan dengan buku pertama, buku ini lebih menonjolkan sosok Rose. Penulis memempatkan Rose pada posisi yang sulit dimana banyak keputusan penting harus diambilnya sendiri. Memang ada keluarga yang mendukungnya, tapi sepenuhnya beban berada di pundak Rose.


Agak tidak masuk akal juga seorang gadis remaja diberi beban untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan yang bakal ditimbulkan oleh roti! Pada beberapa bagian, Rose seakan menjelma bukan menjadi gadis remaja tapi seorang wanita muda. Beberapa tindakan dan cara berpikirnya digambarkan bukan untuk seorang gadis remaja.


Beberapa hal juga berkesan kebetulan sekali. Misalnya saat Rose berhasil menemukan Apokrif. Ia bisa menemukan dengan mudah. Padahal di sana ada banyak tempat yang mungkin dijadikan tempat persembunyian.

Menurut pihak penerbit buku ini merupakan buku pamungkas, namun saya masih penasaran dengan bagaimana nasib Penggilas Adonan, musuh bebuyutan keluarga  Bliss? Mungkinkan penulis  mengeluarkan buku keempat yang berisi pertarungan final antara keduanya. 


Kover buku ini masih konsisten dengan menampilkan cupcake di beberapa bagian. Warna biru mendominasi kover, bahkan  halaman dari sisi samping yang diberi warna biru membuat buku ini kian menarik dan menggoda.


Untuk urusan terjemahan, Lulu Fitri Rahman tidak diragukan lagi kemampuannya. Buku ini menjadi kian menarik untuk dibaca. Saya tertawa lepas membaca terjemahan di Bab 17 paragraf ke-3 kalimat pertama. Kalimat yang diteriakan oleh Tn Butter. Bisa-bisanya mengalihkan menjadi kalimat tersebut. Kocok dan menghibur.
Sebuah kalimat yang saya yakini banyak disukai oleh para pembuat kue terdapat dalam buku ini, " Kehidupan tanpa sesekali sepotong kue adalah... kehidupan yang hampa."  Kehampaan hidup adalah hal yang berusaha disingkirkan oleh Keluarga Bliss melalui resep-resepnya.
Kadang saat melihat sepotong kue yang dihias dengan begitu indah, ada rasa sayang untuk memakannya, saat akhirnya memutuskan untuk memakan, gigitan pertama memberikan sensasi kenikmatan luar biasa. Butuh lama untuk membuat sepotong kue, tak lama waktu untuk menghabiskan. Tapi efek yang ditinggalkan dri sepotong kue yang dibuat dengan cinta kasih akan bertahan lama.


Penasaran akan Pastel-Apel-Petualangan  yang dibuat untuk Perhimpunan Pustakawati. Saya lebih sering mendengar Pustakawin untuk menjelaskan petugas perpustakaan yang wanita.  Rupanya dari buku pertama hingga ketiga, masih dimasukan dalam kategori  sosok yang membosankan. Andai penulis ini berkunjung ke tempat saya, bisa dilihat betapa dinamisnya sosok-sosok di sini. SEMANGAT!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar