Penulis:Tonya Harley
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Diksi Dik
Pewajah Isi: Nizapujiati
ISBN : 9786021440278
Halaman : 272
Penerbit: Atria
Harga: Rp
Andai saja aku belum mati
Siapa yang mengira ucapan yang terlontar dari mulut Charlotte saat kesal menjadi kenyataan, Harusnya Charlotte ingat keinginan yang terlontar walau tanpa sengaja, apa lagi saat Natal bisa terwujud.
Mr Brain dalam kelasnya pernah memberitahukan bahwa Natal adalah satu-satunya waktu dalam setahun ketika pintu antara dunia arwah dan dunia kehidupan terbuka. Hingga bukan tidak mungkin saat Charlotte mengucapkan keinginannya, bersamaan dengan terbukanya pintu kedua dunia.
Saat bangun, Charlotte bukan berada di kamarnya. Ia berada di tempat terakhir ia hidup sebelum akhirnya meninggal tersedak permen. Alih-alih ketakutan, Charlotee justru menikmati saatnya di dunia kehidupan. Ia menikmati sekedar bisa bercakap singkat dengan Damen yang nyaris menubruknya, menikmati kunjungan ke toko barang bekas dan bertemu dengan Scarlet. Bahkan ia rela dijadikan obyek penindasan trio Petuna dan The Wendys.
Para sahabat Charlotte seperti Pam, Prue, Virginia berusaha keras membawa kembali Charlotte. Usaha mereka dengan menampilkan masa lalu lalu saat Charlotte menjadi korban penindasan di sekolahnya hingga masa depan yang bakal diperolehnya jika ia tetap berada di dunia kehidupan sia-sia belaka. Charlotte terlalu sibuk menghidupkan kembali masa lalu hingga melupakan masa kini. Para sahabatnya juga tidak bisa membawanya kembali dengan paksaan. Peraturannya sangat jelas. Charlotte harus sudah kembali pada tengah Malam Natal. Tapi atas keinginannya sendiri
Begitulah kita. Seperti kata Mr Brain “Kadang-kadang kita harus mundur sejenak untuk menghargai
apa yang telah kita miliki. Kita perlu mempelajari ulang apa yang telah kita
ketahui. Kadang-kadang kira tidak menyadari bahwa kita mencintai seseorang
sampai kita kehilangan dirinya.” Untuk itu, syukuri yang kita miliki dan kita cintai. Jaga dengan baik hingga tidak hilang.
Sebenarnya agak ragu juga membiarkan anak remaja membaca buku ini. Sosok Charlotte yang begitu memuja Damen, Petuna dan The Wendys agak menakutkan. Ia bahkan rela membiarkan dirinya mendapat perlakuan tidak baik, bully. Charlotte rela membiarkan dirinya dipukuli, ia rela dicemooh. Bahkan ia rela melakukan apapun asalkan bisa berada didekat para pujaannya.
Bullying adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat merupakan suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu Bentuknya ada dua macam, yaitu dengan tindakan langsung seperti menyakiti, mengancam, atau menjelekkan. Bentuk lainnya secara tidak langsung dengan cara menghasut, mendiamkan, atau mengucilkan anak lain.
Kisahnya tentang sosok Ebenezer Scrooge yang pandai, tidak memikirkan orang lain dan hanya memikirkan dari untung dan rugi. Bahkan persahabatan, cinta dan hari Natal adalah sesuatu yang tidak diperlukan. Suatu ketika Ebenezer Scrooge didatangi sosok gaib bernama Jacob Marley yang memberi tahu bahwa Ebenezer akan didatangi tiga sosok gaib yang akan mengungkap kisah perjalanan hidup Ebenezer. Tiga sosok gaib ini akan mengantar Ebenezer melewati perjalanan panjang melampaui batas ruang dan waktu untuk membuka mata hati Ebenezer.
Yang muncul pertama adalah Ghost of Christmas Past yang membawa Ebenezer ke masa lalu untuk mengungkap apa sebenarnya yang membuat Ebenezer sangat membenci hari Natal. Setelah itu muncul Ghost of Christmas Present yang mengantar Ebenezer melihat kebahagiaan dan penderitaan orang-orang yang ada di sekitar Ebenezer. Terakhir Ghost of Christmas Yet to Come (yang memperlihatkan apa yang akan terjadi pada Ebenezer jika ia tidak segera mengubah jalan hidupnya. Pada akhirnya perjalan tersebut mengubah dari pelit menjadi seorang yang dermawan. Kisah ini dianggap mampu membangkitkan semangat Natal.
Dari sisi percetakan, ada beberapa hal yang perlu dicermati jika buku ini docatak ulang. Misalnya, pada halaman 217 terulis,”Scarlet dan Petuna melihat-lihat
model terbaru Grossing Stations, sementara Petuna dan The Wendys melipir ke
stan komestik.” Mungkinkah yang dimaksud
pada awal kalimat adalah Scarlet dan Charlotte? Karena jika mengkaji kalimat
yang tertulis pada halaman 217 maka ada sosok Petuna berada didua tempat secara
bersamaan,.
Selanjutnya pada halaman 243 tertulis, "Yah, kau tidak akan pernah tahu. Memang seperti ini protokolnmya," kata Wendy T. Mungkin yang dimaksud adalah protokolnya. Kesalahan tersebut justru berada dibagian yang bisa disebut paling seru dalam buku ini, sehingga terlihat dengan jelas.
Seperti juga buku-buku terdahulu, pada halaman sesudah bab akan kita temukan uraian tentang hal terkait bab tersebut. Uraian tersebut kadang berisikan hal yang begitu seriusnya sehingga terlihat kontras dengan kisah dalam buku ini yang bersifat ringan dan menghibur. Isi uraian tersebut kadang penuh dengan hal filosofi yang mungkin atau bahkan agak susah untuk dipahami oleh anak-anak usia muda yang menjadi target sasaran buku ini.
Untuk urusan kover kali ini memang agak berbeda, Setelah ketiga buku terdahulu mengusung tema pink-hitam, warna biru menjadikan buku ini berbeda. Menilik judulnya yang mengambil tema Natal, selain sosok dalam siluet yang seakan dilingkari lampu Natal, tidak ada hal lain yang menunjukan kisah tentang Natal. Kenapa warnanya tidak hijau, atau merah sesuai dengan tema yang serig diusung saat Natal
Mengutip ucapan Mr Brain sekali lagi, coba lihat sekeliling kita. Syukuri apa yang kita miliki dan jagalah jangan sampai hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar