Penulis: Mitsugu Saotome
Penerjemah: Istiani Prajoko
Penyunting: Fenty Nadia Lubis
Pemeriksa Aksara: Diksi Dik
Pewajah Isi: Eri Ambardi
ISBN: 978-979-024-405-4
Halaman: 596
Penerbit: Serambi
Harga: Rp 77.000
Sering kali, cinta membuat kehidupan seseorang
berubah. Cinta tak sampai seorang Okei, serta demi keamanan
diri membuatnya terdampar di Amerika.
Okei, berusia belia untuk ukuran anak
sekarang. Tapi perjalanan kehidupannya sungguh luar biasa. Ia berani berangkat
sendiri untuk menemui sahabatnya, Matsuno, yang baru tertimpa kemalangan
ditinggal suaminya. Sebenarnya bukan kemalangan, mereka yang dianggap meninggal
sebagai pahlawan akan membuat keluarga mendapat sanjungan dan pujian. Dengan
bermodal nekat dan selembar peta, Okei berangkat menuju Gensuke-cho di
Shibaguchi dari kampung halamannya Zaimokumachi di Aizu-Wakamatsu.
Sosok Okei dalam buku ini tidak terlalu diungkap kecuali
ia adalah anak seorang pengerajin gentong kayu. Saat perang, ayahnya ketiban
rejeki membuat gentong sebagai wadah bubuk mesiu. Okei memiliki seorang
adik laki-laki yang sangat ingin bergabung menjadi samurai. Karena keluarga
mereka bukanlah termasuk keluarga dari kalangan atas, maka sang adik harus
dijadikan anak angkat salah satu keluarga samurai. Suatu kehormatan memang bagi
keluarga Okei, walau diam-dian Okei harus menahan pilu setiap melihat sosok
yang menjadi kakak angkat adiknya.
Betapa tidak, nama wanita itu yang disebut
pujaan hatinya saat mereka akan memadu kasih. Wanita mana yang tidak
merasakan perih. Semula Okei merasa ia salah dengar apalagi Kingo
pujaannya sedang dalam keadaan mabuk. Belakangan ia sadar, Kingo bukan melihat dirinya tapi bayang Yukiko.
Membaca buku ini saya justru kurang menikmati kisah
percintaan Okei. Saya yang kurang begitu memahami perihal samurai justru mengalami sedikit kebingungan. Beberapa bagian mengisahkan para samurai yang meredam kasih pada pujaan hati. Demikian juga dengan Okei. Tapi Okei bukanlah seorang samurai. Atau dia menjadi samurai karena seuatu hal yang terlewatkan oleh saya? Lalu kenapa judulnya menjadi kasih Tak Sampai Seorang Samurai? Memang ada seorang samurai yang begitu membara cintanya kepada Okei, tapi mereka bukan tokoh utamanya sehingga tidak pas jika bagian itu dijadikan judul. Kenapa judulnya tidak menjadi kasih Tak Sampai Untuk Sang Samurai, atau apalah yang menunjukan buku ini mengisahkan tentang seorang gadis yang mendambakan cita seorang samurai. Mungkin juga karena mengisahkan tentang
Untuk saya, buku ini lebih memberikan banyak informasi tentang kehidupan masyarakat Jepang saat itu serta bagaimana saat demam emas melanda California.Misalnya saja mengenai sosok Yukiko janda Jinbo
Shuri. sebagai janda seorang yang memiliki kedudukan terpandang, ia harus
memegang teguh nama keluarga suaminya. Saat suaminya dinyatakan tewas, ia
dilarang keras melakukan seppuku. Ia harus hidup sebagai sosok yang
dihormati atas pengorbanan sang suami. Kecuali saat perang terjadi hal-hal yang bisa menistakan dirinya, maka ia wajib membela martabatnya dengan cara seppuku atau meminta kerabatnya memenggal kepalanya.
Saat
tentara musuh mulai berdatangan, sang ayah memenggal kepala adik dan ibunya
sebelum melakukan seppuku Sementara ia harus meninggalkan rumah orang
tuanya menuju rumah keluarga suaminya. Walau seluruh keluarga suaminya
telah melakukan seppuku ia wajib berada di rumah keluarga Jinbo, bahkan
jika hendak melakukan seppuku. Bagi wanita
Jepang, setelah menikah maka ia harus mendahulukan keluarga suaminya, keluarga
barunya. Harga diri lebih penting dari pada nyawa bagi mereka.
Seppuku merupakan salah satu adat para samurai pada zaman bakufu. Seppuku pertama menurut catatan dilakukan oleh Minamoto no Yorimasa pada saat tahun 1180. Seppuku akhirnya menjadi bagian dari bushido, kode etik prajurit samurai. Seppuku digunakan untuk menghindari penyerahan diri ke tangan musuh guna mengantisipasi adanya penyiksaan dan menebus rasa malu
Kisah tentang Matsuko juga tak kalah menawannya.
Walau bersahabat, mereka berasal dari kelas sosial yang berbeda sehingga kadang
tanpa sadar Matsuko memperlakukan Okei layaknya pelayan. Saat suami Matsuko
meninggal dan ia dalam masa berkabung memang Okei telah membantunya. Bahkan
tanda sengaja telah menjadi matcomblang bagi Matsuko dan suaminya, seorang pria
asing. Perkawinan keduanya merupakan hal yang luar biasa saat itu, janda
samurai menikah dengan sorang asing saat suaminya belum lama meninggal. Banyak
yang mempertanyakan tujuan mulia sang pria asing. Tapi kelak justru ialah yang
menjadi perantara keberadaan Okei di luar negeri.
Menikahi seorang samurai dan membuat seorang wanita juga dituntut untuk lebih tegar. Jika pernah menonton film Last Samurai pada tahun 2003, tentunya akan melihat bagaimana Taka, istri Hirotaro, samurai yang yang dikalahkan oleh sang kapten Nathan Algren (diperankan oleh Tom Cruise) harus bersedia menampung dan merawat orang yang menyebabkan kematian suaminya. Ia tak kuasa melawan apa lagi perintah itu diberikan oleh sang pimpinan besar.
Beberapa urusan arus bawah diuraikan di
sini. Misalnya kisah perselingkuhan sesaat antara Yukiko dan Kingo atau antara
Matsuko dengan seorang pemuda asing. Entah kenapa saya menangkap kesan
hal itu merupakan hal yang biasa saja. Sex dianggap kebutuhan dasar mereka
hingga jika dilakukan merupakan hal yang biasa saja, masalahnya melakukannya
bukan dengan pasangan syah. Hemmm pandangan setiap individu soal urusan
esek-esek memang tidak pernah ada yang sama.
Mitsugu Saotome merupakan nama pena yang digunakan
oleh Kanegae Hdeyoshi (1 jan 1926-23 Des 2008) seorang penulis fiksi-sejarah
berkebangsaan Jepang. Ia dianugerahi Penghargaan Yoshikawa Eiji
Literatary pada tahun 1988
Bagi pengemar sejarah dan kisah bernuansa Jepang,
buku ini layak dibaca dan dikoleksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar