Sudut Bumi, Desember 20xz
Cintaku,
Belahan jiwaku,
Pusat kehidupanku,
Bagaimana
kabarmu disana?
Sudah
berapa putaran waktu berlalu sejak pertemuan kita yang terakhir.
Sungguh,
aku memang ingin kau berada di sisiku, tapi apa dayaku, secara hukum engkau
adalah milik orang lain. Cinta memang hak semua orang, begitu juga dengan kita.
Tapi kisah cinta kita terbelenggu oleh ikatanmu dengan perempuan lain.
Orang selalu menganggapku perempuan cerdas yang tegar dan mampu menghadapi segala cobaan dengan tersenyum. Aku acap kali dianggap bak robot, mampu melakukan apapun tanpa rasa. Padahal jauh di dalam diriku ada sosok perempuan biasa yang butuh bersandar dan bermanja, yang tak selalu benar, kadang membuat salah.
Kakak
kembarku empat menitku, Jason adalah sosok yang selalu ada untukku. Membuatku
mampu tertawa, menangis dan tegar menghadapi hidup ini. Jason yang menggenggam tanganku saat menjalani
test USG, mengantarku saat air ketubanku pecah, hingga meyakinkanku untuk
menyelesaikan kuliah hukum. Tanpa dirinya aku terpuruk!
Sekalipun
tak pernah aku menganggap kehadiran Charlie sebagai sebuah kesalahan,
walau prosesnya merupakan kecelakaan. Aku menyayanginya dengan seluruh jiwaku.
Foto-foto USG kutempel bersebelahan dengan surat penerimaan dari Harvard Law
Scholl. Kadang kuberpikir, apakah aku sendiri yang menyabotase kepergianku
dari Southbridge.
Aku
tak pernah bisa melupakan saat pertama kali kita bertemu. Seorang dokter
yang datang di tengah malam untuk memeriksa Charlie dengan sangat lembut, lalu
menuntunku ke lorong, membuka mulut, mulai berbicara dengan suara dalam dan
lambat, " Saya dr. Nicholas Russo, dan saya adalah salah satu ahli bedah
plastik anak terbaik di dunia." Sejak itu aku selalu mengharapkan kunjunganmu
dua kali sehari dan sekali tiap jam selanjutnya. Bahkan kunjungan-kunjungan tak resmi di rumah.
Memikirkan seseorang yang sudah menikah memang
merupakan sebuah kesalahan. Entah mengapa saat itu aku tidak merasa bersalah
sama sekali. Aku membutuhkanmu, tapi terpenting, aku sangat tahu dan yakin
bahwa Charlie membutuhkanmu juga.
Masih teringat ceritamu pertengkaran singkatmu
dengan Tessa , sosok yang mengikat janji suci denganmu. Kau merasa malas pulang
karena menurutmu ia membuat suasana tidak nyaman. Kau sangat memahami betapa ia berusaha keras
membuat dirimu dan anak-anak merasa nyaman. Sepertinya ia terlalu keras
berusaha hingga justru membuatmu tak merasa nyaman berada di dekatnya.
Saat kau mengatakan betapa kau merindukan aku,
aku dan Charlie tepatnya, dan ingin
mampir sekedar menyapa. Maka butuh waktu lama bagiku untuk menenangkan diri dan
berkata ya. Cukup panjang juga untuk menyakinkan dirimu untuk kesekian ratus
kalinya bahwa kita hanya berteman saja.
Kita, aku dan dirimu sama-sama tahu, jika
hubungan ini berlanjut ada dua hal mendasar yang membuat hubungan kita adalah
sebuah kesalahan. Pertama adalah urusan kode etikmu sebagai dokter Charlie, tepatnya urusan etika dan peraturan guna melindunginya selaku pasienmu. Kedua, sudah sangat jelas, statusmu sebagai suami orang, pria dengan keluarga.
Walau begitu, kau tidak mau pergi malam itu. Kau ingin duduk di sampingku dengan Charlie tidur di kamar atas dan terus menyiksa dirimu sendiri dengan aneka perasaan yang tak menentu. Dan dalam keheningan kita berdua sama-sama berhenti berpura-pura.
Kau merasa bahagia saat itu bersamaku. Kau mencintai anak-anakmu, tapi apakah kau bahagia? Menurutmu tidak mungkin, situasi sungguh rumit bagimu. Kau merasa tak sanggup menahan rasa yang ada, rasa jatuh cinta padaku. Rasa itu yang hadir di relung hatimu, ucapmu. Malam pun menjadi saksi bergeloranya cinta kita. Aku dengan sadarnya telah melakukan pelanggaran utama dalam pengasuhan orang tua tunggal. Memadu kasih dengan pria yag memiliki keluarga, dan melakukannya di rumah saat anakku berada di sana.
Hanya saja....., setelah malam yang membara itu, kau menghilang selama sembilan hari. Benar-benar menghilang tanpa kabar. Bahkan pesan singkatku pun tak dibalas. Aku mulai galau! Apa artiku hanya untuk menemani semalam dalam gelora napsu, tak lebih. Atau kau benar-benar mencintaku namun sedang dalam kondisi tidak bisa menghubungiku, suatu hal yang tak masuk akal.
Saat mendadak menghubungiku dan ingin bertemu, ku tahu ada suatu hal buruk yang akan terjadi. Menurutmu malam yang kita lalui sungguh mengagumkan. Kau sangat menyukai mataku, suaraku dan caraku memandangmu melalui mata ini. Kau mencintaku, dan kau takut akan selalu begitu. Singkatnya, kau kau mencintaiku tapi berharap tidak demikian. Kau menginginkan aku tapi tidak bisa memilikiku..
Kau sangat menyadari situasi rumah yang kurang baik. Kecuali kau bisa melepas semuanya saat ini juga, detik ini juga, semua yang telah kau raih selama bertahun-tahun, maka kau siap bersamaku. Rasanya tak adil bagimu untuk memintaku menunggumu, siapa tahu... kelak...... Padahal di sisi lain kau sedang berusaha memperbaiki kerusakan yang terjadi di rumah. Kau merasa sudah berusaha mencari cara apa pun agar bisa bersamaku. Aku tahu, aku yang harus memutuskan untuk kita. Kuputuskan tidak ada hubungan istimewa antara kita, yang terjadi hanyalah kesalahan.
Suatu saat, Tessa menemuiku. Aku memohon maaf atas kesalahanku, mencintaimu. Ia tak marah. Justru ia merasa kasihan padaku. Bukan....! Bukan karena aku orang tua tunggal dengan Charlie yang harus bolak-balik menjalani operasi bedah plastik. Ia merasa kasihan karena aku mencintai seseorang yang tak bisa kumiliki, suaminya. Alih-alih marah, ia malah mengucapkan terima kasih dengan bersungguh-sungguh.
Belakangan ku tahu, kau bahagia bersamaku karena mengingatkanmu pada saat-saat bersama Tessa dahulu. Saat Tessa masih seorang wanita yang tak menuntut segalanya sempurna. Bagi Tessa segalanya harus sempurna, bahkan sosok suaminya pun harus menampilkan citra suami sempurna. jauh di lubuk hatimu, kau merindukan Tessa denga kekurangannya
Bukan aku yang menggodamu, bukan aku yang memintamu memainkan nada-nada cinta walau hanya semalam. Bukan juga kau yang menggodaku terjadi begitu saja tanpa diatur. Alam yang menuntun diri kita.
Aku memaafkan dirimu
Seperti aku yang berusaha memaafkan diriku sendiri.
Berbahagialah dengan keluargamu
Salam hangat,
Valerie Anderson
-----------------------------------------------
Terinspirasi dari buku
Judul: Di antara Dua Hati
Pengarang : Emily Griffin
Penerjeman: Ishti P Rahayu
Penerbit: Esensi
Terbitan Februari 2010
Halaman : 448
Kovernya sudah menandakan isinya. Baju operasi hijau bisa merupakan kisah tentang dokter, minimal seseorang yang berada di dunia medis. Tapi jika melihat kuku perempuan yang jadi model, jelas ini bukan sosok yang bekerja di dunia medis. Maka bisa disimpulkan ia adalah keluarga pasien yang berada di ICU. Jika tidak di sana, maka apa gunanya ia memakai baju steril?
Kisahnya diceritakan secara seimbang antara tokoh Valerie dan Tessa secara bergantian. Saya menemukan cara unik untuk menikmati kisah dalam buku ini. Saya membaca sisi Valerie terlebih dahulu baru sisi Tessa. Dengan demikian maka saya tidak membaca bab secara teratur, melainkan melompat satu bab setiap kali.
Ceritanya sebenarnya menarik, hanya menurut saya konflik yang ada kurang dalam digali sehingga berkesan datar saja. Padahal banyak hal yang menarik. Valerie dan Nick memang bersalah melakukan perselingkuhan apapun alasannya. Namun saat cinta sudah bicara, tak satu pun orang mampu menghindar, tidak juga mereka berdua. Kesalahan yang dimaklumi bagi segelintir orang. Tessa boleh berusaha membuat keluarganya nyaman. Tapi jika ia berusaha terlalu keras, justru membuatnya berubah dan mengubah jati dirinya yang dicintai Nick.
Cinta memang kompleks.
Tapi tidak ada orang yang mau hidup tanpa cinta
Kau merasa bahagia saat itu bersamaku. Kau mencintai anak-anakmu, tapi apakah kau bahagia? Menurutmu tidak mungkin, situasi sungguh rumit bagimu. Kau merasa tak sanggup menahan rasa yang ada, rasa jatuh cinta padaku. Rasa itu yang hadir di relung hatimu, ucapmu. Malam pun menjadi saksi bergeloranya cinta kita. Aku dengan sadarnya telah melakukan pelanggaran utama dalam pengasuhan orang tua tunggal. Memadu kasih dengan pria yag memiliki keluarga, dan melakukannya di rumah saat anakku berada di sana.
Hanya saja....., setelah malam yang membara itu, kau menghilang selama sembilan hari. Benar-benar menghilang tanpa kabar. Bahkan pesan singkatku pun tak dibalas. Aku mulai galau! Apa artiku hanya untuk menemani semalam dalam gelora napsu, tak lebih. Atau kau benar-benar mencintaku namun sedang dalam kondisi tidak bisa menghubungiku, suatu hal yang tak masuk akal.
Saat mendadak menghubungiku dan ingin bertemu, ku tahu ada suatu hal buruk yang akan terjadi. Menurutmu malam yang kita lalui sungguh mengagumkan. Kau sangat menyukai mataku, suaraku dan caraku memandangmu melalui mata ini. Kau mencintaku, dan kau takut akan selalu begitu. Singkatnya, kau kau mencintaiku tapi berharap tidak demikian. Kau menginginkan aku tapi tidak bisa memilikiku..
Kau sangat menyadari situasi rumah yang kurang baik. Kecuali kau bisa melepas semuanya saat ini juga, detik ini juga, semua yang telah kau raih selama bertahun-tahun, maka kau siap bersamaku. Rasanya tak adil bagimu untuk memintaku menunggumu, siapa tahu... kelak...... Padahal di sisi lain kau sedang berusaha memperbaiki kerusakan yang terjadi di rumah. Kau merasa sudah berusaha mencari cara apa pun agar bisa bersamaku. Aku tahu, aku yang harus memutuskan untuk kita. Kuputuskan tidak ada hubungan istimewa antara kita, yang terjadi hanyalah kesalahan.
Suatu saat, Tessa menemuiku. Aku memohon maaf atas kesalahanku, mencintaimu. Ia tak marah. Justru ia merasa kasihan padaku. Bukan....! Bukan karena aku orang tua tunggal dengan Charlie yang harus bolak-balik menjalani operasi bedah plastik. Ia merasa kasihan karena aku mencintai seseorang yang tak bisa kumiliki, suaminya. Alih-alih marah, ia malah mengucapkan terima kasih dengan bersungguh-sungguh.
Belakangan ku tahu, kau bahagia bersamaku karena mengingatkanmu pada saat-saat bersama Tessa dahulu. Saat Tessa masih seorang wanita yang tak menuntut segalanya sempurna. Bagi Tessa segalanya harus sempurna, bahkan sosok suaminya pun harus menampilkan citra suami sempurna. jauh di lubuk hatimu, kau merindukan Tessa denga kekurangannya
Surat ini kukirim sebagai jawaban atas pertanyaanmu. Pria berselingkuh sering kali dianggap bukan hal yang aneh. Semua pihak menimpakan kesalahan pada sosok wanita yang menjadi pasangan selingkuh dan bersimpati pada pasangan resmi sang pria. Aku, kau bahkan Tessa sama-sama tahu apa dan bagaimana situasi sebenarnya yang terjadi. Aku tak pernah membenarkan petualangan singkat kita, tapi jika cinta sudah bicara,walau sesaat, maka tak ada yang salah atau benar.
Bukan aku yang menggodamu, bukan aku yang memintamu memainkan nada-nada cinta walau hanya semalam. Bukan juga kau yang menggodaku terjadi begitu saja tanpa diatur. Alam yang menuntun diri kita.
Aku memaafkan dirimu
Seperti aku yang berusaha memaafkan diriku sendiri.
Berbahagialah dengan keluargamu
Salam hangat,
Valerie Anderson
-----------------------------------------------
Terinspirasi dari buku
Judul: Di antara Dua Hati
Pengarang : Emily Griffin
Penerjeman: Ishti P Rahayu
Penerbit: Esensi
Terbitan Februari 2010
Halaman : 448
Kovernya sudah menandakan isinya. Baju operasi hijau bisa merupakan kisah tentang dokter, minimal seseorang yang berada di dunia medis. Tapi jika melihat kuku perempuan yang jadi model, jelas ini bukan sosok yang bekerja di dunia medis. Maka bisa disimpulkan ia adalah keluarga pasien yang berada di ICU. Jika tidak di sana, maka apa gunanya ia memakai baju steril?
Kisahnya diceritakan secara seimbang antara tokoh Valerie dan Tessa secara bergantian. Saya menemukan cara unik untuk menikmati kisah dalam buku ini. Saya membaca sisi Valerie terlebih dahulu baru sisi Tessa. Dengan demikian maka saya tidak membaca bab secara teratur, melainkan melompat satu bab setiap kali.
Ceritanya sebenarnya menarik, hanya menurut saya konflik yang ada kurang dalam digali sehingga berkesan datar saja. Padahal banyak hal yang menarik. Valerie dan Nick memang bersalah melakukan perselingkuhan apapun alasannya. Namun saat cinta sudah bicara, tak satu pun orang mampu menghindar, tidak juga mereka berdua. Kesalahan yang dimaklumi bagi segelintir orang. Tessa boleh berusaha membuat keluarganya nyaman. Tapi jika ia berusaha terlalu keras, justru membuatnya berubah dan mengubah jati dirinya yang dicintai Nick.
Cinta memang kompleks.
Tapi tidak ada orang yang mau hidup tanpa cinta
Aah.. mbak Truly, baca surat di atas malah bikin tambah kesal sama Valerie...hehe.. good job mbak
BalasHapus@Desty eh serius?
BalasHapusAku malah milih si Val karena merasa kasihan.
Memang berselingkih apapun alasannya salah, cuman bagiku ia berada di tempat dan waktu yg salah saja sehingga ketemu si Nick.
gimana pun juga thx yahhhh
Ssst bakalan ada kuis lagi
lagu nunggu kiriman buku hadiahnya nih
Buku ini mengajari pembacanya untuk sesekali berada di sisi korban selingkuh dan sesekali kemudian berada di sisi pemicu selingkuh. Lalu pembacanya akan menyadari bahwa ia telah salah mengenali, yang mana yang korban, dan yang mana yang pemicu selingkuh.
BalasHapusReview yang bagus sekali, Mbak Truly. :)