Judul Asli: A Single Shard
Sekeping Mimpi Bocah Yatim Piatu dari Desa Ch'ulp'o
Penulis: Linda Sue Park
Penerjemah: Maria M. Lubis
Penyunting: Fenty Nadia
Penyelaras Aksara: Ida Wajdi
Pewajah Isi: Aniza Pujiati
ISBN: 978-979-024-491-7
Halaman: 191
Penerbit: Atria
Rp. 35.000,00
".... Jika kau bisa belajar membuat keramik, pasti bukan aku yang mengajarimu."
Seorang
anak yatim piatu berusia 12 tahun, Tree-ear, sangat ingin menjadi
perajin keramik. Ia sering mengintip para perajin bekerja. Salah satunya
adalah Min. Ia sangat ingin belajar bagaimana caranya membuat sebuah
mahakarya layaknya Min. Ia sering mengintip bagaimana sang maestro
bekerja.
Suatu saat tanpa bisa ditahan, Tree-ear
mendekati area bengkel kerja Min. Ia bahkan medekati rak-rak yang
berisi hasil karya Min. Dan sebuah tindakan bodoh dilakukannya, ia
menyentuh karya Min. Celakanya kedatangan sang maestro membuatnya kaget
dan menjatuhkan salah satu karya yang sedang dipegangnya! Sebagai ganti
rugi, Tree-ear harus bekerja selama sembilan hari sejak fajar hingga
matahari tenggelam tanpa mengeluh dan membantah tugas yang diberikan.
Ternyata
setelah sembilan hari usai, Tree-ear malah tak mau pergi. Ia ingin
terus bekerja disana dengan harapan suatu saat bisa mendapat pelajaran
bagaimana cara membuat keramik. Semua hal dikerjakannya, dari
mengumpulkan tanah liat, menyediakan kayu bagi tungku pembakaran hingga
melakukan hal sepele bagi istri perajin.
Pada satu
kesempatan ia bertanya apakah sang maestro suatu saat mau mengajarinya
bagaimana membuat keramik. Dengan semua yang dikerjakannya, Tree-ear
merasa bahwa impiannya untuk belajar membuat keramik bisa segera
terwujud. Betapa terkejutnya Tree-ear mendengar tolakan Min. "Usaha
seorang perajin keramik diturunkan dari ayah kepada anak laki-lakinya.
Putraku, Hyung-gu. Dia sudah tiada sekarang. Dialah yang akan kuajar.
Kau....bukan putraku"
Selama ini Tree-ear tidak
menyadari, semua pekerja magang lain adalah anak-anak lelaki para
pekerja keramik. Sementara ia bukan anak siapa-siapa, hanya anak yatim
piatu. Untung saja sahabatnya bisa membuatnya kembali bersemangat.
"Temanku, angin yang meniup satu pintu hingga tertutup sering kali
membuka pintu lainnya."
Suatu saat, Tree-ear ditugaskan
untuk mengirim dua buah hasil karya sang maestro ke utusan kerajaan.
Celakanya di jalan ia diserang oleh permapok yang mengira ia membawa
beras. Vas yang dibawanya dilempar dari atas bukit oleh para perampok
dengan dalih bersenang-senang. Terutama karena mereka agak kesal saat
mengetahui barang bawaan Tree-ear bukanlah benda berharga, dan uang yang
dibawa juga sangat sedikit.
Tree-ear merasa malu bukan
main! Ia merasa gagal menjalankan tugas. Untungnya masih ada bagian vas
selebar telapak tangan yang tersisa. Ukuran yang paling besar diantara
serpihan yang lain.Ia bimbang, apakah harus kembali ke desa dengan
membuat malu sang maestro dan menanggung malu bagi dirinya sendiri. Atau
ia menghadap ke utusan kerajaan dengan resiko dihukum karena lalai
menjalankan tugas. Tree-ear bimbang dan ragu!
Jadi bagaimana nasibi Tree-ear selanjutnya?
Apakah utusan kerajaan mau mengampuninya?
Bagaimana sikap Min dan istrinya selanjutnya terhadap Tree-ear?
Baca dan temui jawabannya dalam buku ini yaaa......
Cocok dibagi untuk menambah semangat menjalani hidup ini, apalagi kisahnya ala Korea lho.
Bukannya belakangan sedang topnya ^_^
Selain
mengisahkan betapa beratnya perjuangan Tree-ear untuk bisa menjadi
seorang pembuat tembikar, tambahan pengetahuan seputar tembikar, buku
ini juga memberikan banyak asupan mengenai makna kehidupan melalui
persahabatan Tree-ear dengan Crane-man, seorang lelaki tua berkaki satu
yang merawatnya sejak kecil. Bersama mereka berbagi makna kehidupan .
Mulai dari mengurus tempat tingal di bawah jembatan hingga menjaga
istri sang maestro yang mereka panggil Ajima, bibi.
Tree-ear
banyak belajar da ri Crane-man. Soal mencari makan contohnya. Mencari
sumber makanan dari di hutan dan tumpukan sampah, mengumpulkan
pucuk-pucuk tanaman yang lalu di musim gugur, merupakan cara terhormat
mendapatkan makanan. Memang hal tersebut membutuhkan waktu dan kerja
keras. Tapi mencuri dan mengemis menurut Crane-man membuat seseorang
lebih rendah dari pada anjing. Dan Tree ear tidak ingin seperti itu.
Apalagi Crane-man sering menyebutkan bahawa pekerjaan memberikan harga
diri sementara mencuri memusnakannya.
Sementara itu
mengenai keramik, jelas sekali tanpa kita sadari pengetahuan dasar
mengenai keramik bisa kita temui di sini. Kisah ini saja terjadinya di
Ch'ulp'o, sebuah desa kecil di Korea abad ke-12. Desa tersbut sangat
penting bagi produksi keramik. Terutama sekali karena tanah liat di
desa itu mengandung kandungan besi yang tepat untuk memproduksi warna
kelabu-kehijauan seladon yang elok dan berharga tinggi.Selain itu, di
pantai Laut Barat Ch'ulp'o merupakan rute perjalanan laut ke utara
yang paling mudah maupun perniagaan aktif dengan Negeri Cina.
Bagaimana
cara membuat keramik, tahapan yang harus dilalui,cara membuat aneka
benda dari tanah liat bahkan bagaimana memilih tanah liat yang baik
untuk diolah juga diuraikan dalam buku ini.
Terus terang
saya sedikit malu saat membaca buku ini. Jika ini untuk anak-anak di
Korea, maka betapa kayanya pengetahuan anak-anak disana. Selain tambahan
ilmu, mereka juga mendapat tempaan semangat. Bagaimana cara hidup yang
baik serta bagaimana menyikapi hidup bisa ditemui dalam buku ini.
Sumber gambar: www.goodreads.com
Pengen beli buku ini aaahhh...
BalasHapusSelain pelajaran hidup, pasti deh banyak quote bagus juga yang bisa kita kutip dari buku ini kan ya, Mbak?
sepertinya buku ini bisa menjadi inspirasi bagi pembacanya....cari dulu bukunya di toko buku bekas...
BalasHapus@Monic : Iya ngebayangin mereka bisa hormat sama seseorang dan mau bekerja keras
BalasHapus@Alexander: Ada gratisan buku lain tuh di kuisss
kisah yang menginspirasi ...
BalasHapus