Judul Asli : Boy Sherlock Holmes #1, Eye of the Crow
Penulis : Shane Peacock
Penerjemah: Maria Lubis
Halaman : 368
Penerbit: Mizan Fantasi
Harga: Rp 57.000
Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi atau tinggal, tetapi dia tahu pasti apa yang akan dia lakukan
Tapi, aku adalah anak jalanan sejati!
Tak berlebihan jika menyebutkan bahwa buku ini merupakan benang merah dalam banyak hal sehubungan dengan sosok misterius Sherlock Holmes. Pada buku-buku besukan pengarang aslinya, Sir Arthur Conan Doyle. Pada buku-buku tersebut, sosok Sherlock memang digambarkan sudah berusia matang dan setiap sepak terjangnya selalu ditemani oleh sahabatnya, Dr Watson.
Sherlock Holmes sendiri sebenarnya adalah detektif fiktif berkebangsaan Inggris ciptaan Sir Arthur Conan Doyle yang terkenal akan kemampuan deduksinya dan kepandaiannya dalam memecahkan kasus. Sherlock Holmes menyebut dirinya "detektif konsultan", orang yang dimintai tolong dalam suatu kasus ketika kasus tersebut dianggap terlalu sulit untuk dipecahkan polisi dan detektif lain; kita bahkan sering mendengar bahwa dia dapat memecahkan suatu kasus tanpa harus meninggalkan rumahnya. Ia sangat handal dalam menyelesaikan kasus-kasus yang tidak biasa dengan menggunakan kemampuan analisisnya yang luar biasa, dan sering juga menunjukkan kemampuannya ini kepada klien barunya dengan membuat analisis langsung tentang pribadi atau hal-hal yang baru saja dilakukan sang klien. Strategi ini, tentu saja, tidak pernah gagal mencengangkan dan membuat kliennya percaya akan kemampuannya.
Sir Arthur Conan Doyle mendasarkan penciptaan Holmes atas gurunya di Fakultas Kedokteran Universitas Edinburgh, seorang ahli bedah yang sangat berbakat dan juga detektif forensik Joseph Bell, yang mana ilmu forensik menjadi ilmu baru pada waktu itu. "Holmes" dinamakan atas Oliver Wendell Holmes yang sangat dikagumi oleh Conan Doyle, dan atas atlet kriket Inggris yang bernama Sherlock.
Buku ini menciptakan sosok Sherlock saat remaja. Dikisahkan bagaimana kehidupan keluarganya dimana setengah darahnya adalah darah kaum terhormat sementara setengahnya lagi adalah darah Yahudi. Ia tak diterima di kedua sisi keluarganya. Sherlock dikisahkan memiliki kakak yang sudah sangat kita kenal, Mycroft serta seorang adik perempuan bernama Violet yang meninggal sebelum berusia empat tahun. Setidaknya info ini sedikit menghapus rasa penasaran para pembaca kisah Sherlock mengenai latar belakang keluarganya yang jarang disebut dalam buku-buku awal.
Kebiasaan Sherlock mengawati sekitar membuatnya bisa mengetahui banyak hal dengan hanya memandang. Hal ini juga yang membuatnya terseret dalam kasus pembunuhan seorang wanita cantik di Whiterchapel, London. Seorang tersangka sudah ditangkap, tentu saja. Tapi masalahnya apakah tersangka itu benar-benar pelakunya? Atau hanya seseorang yang berada di waktu dan tempat yang salah saja? Bagaimana jika pelakunya masih bebeas berkeliaran di jalan?
Tak ada saksi mata.....
Kecuali beberapa burung gagak.
Burung gagak ternyata menyukai benda yang berkilauan serta hafal dengan manusia. Fakta kecil namun penting ini sangat membantu Sherlock dalam menjalankan penyelidikannya. Banyak penelitian yang menceritakan bagaimana kecerdikan seekor burung gagak.
http://techno.okezone.com menyebutkan dalam sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa burung gagak termasuk dalam spesies 'pendendam'. Bahkan mereka masih mengingat wajah manusia yang menyakitinya. Hasil survei yang dilakukan pada sejumlah gagak di Taman Washington State, di Seattle, Amerika Serikat menunjukkan bahwa gagak masih hafal muka manusia yang pernah menyakitinya. Bahkan, gagak akan memberitahukan kepada keluarganya manusia yang dianggap bahaya.
Menurut Profesor Yohanes Marzluff dari University of Washington, studi yang telah dilakukan selama lima tahun tersebut menunjukkan bahwa gagak mempunyai sifat yang unik. Sifat tersebut dapat membantu kawanan gagak dalam beradaptasi dan berkembang dengan manusia.
"Perilaku orang atau individu terhadap hewan sering berubah. Karena tindakan manusia sering mengancam hewan. Para gagak tersebut pun belajar terhadap lingkungan sosial mereka, termasuk memperhatikan kebiasaan individu yang dianggap menguntungkan," kata Marzluff, seperti dilansir melalui ABC News, Jumat (1/7/2011).
Sedangkan dalam http://teknologi.inilah.com disebutkan sebuah hasil studi, gagak memiliki kemampuan serupa manusia dalam membedakan antara simbol-simbol yang mewakili jumlah yang berbeda. Dalam serangkaian percobaan di Utsunomiya University, burung berhasil memilih kontainer dengan jumlah makanan terbanyak. Hal itu bisa terjadi melalui identifikasi nomor yang ditandai pada tutupnya. Profesor morfologi hewan Shoei Sugita mengatakan, temuan ini menunjukkan gagak memiliki kemampuan kognisi numerik yang sama dengan manusia.
Dalam percobaan dengan delapan gagak hutan, dua kontainer ditandai dengan simbol numerik ‘dua’ dan ‘lima’ pada tutupnya, kemudian ditempatkan dalam kandangnya dengan hanya wadah ‘lima’ yang berisi makanan.
Peneliti mengatakan, sebanyak 70% upayanya, gagak ini mampu mengambil kotak yang benar. Temuan ini diterbitkan di jurnal Animal Behaviour internasional.
Selesai membaca buku ini, tanpa sengaja saya menghubungkan beberapa hal dengan buku-buku seputar Sherlock yang lain. Beberapa hal terlihat sangat jelas benang merahnya. Sekedar dugaan saya, sosok musuh bebuyutannya Malefactor mungkin berkembang menjadi Profesor M musuh bebuyutannya saat dewasa. Lalu sosok Irene yang digambarkan menjadi sahabatnya rupanya memberikan kesan yang mendalam dalam diri Sherlock. Dimasa mendatang sempat ada kisah mengenai bagaimana Sherlock jatuh hati dan kalah dalam adu kecerdikan dengan seorang gadis bernama Irene.
Kebiasaan mengamati sekeliling diwarisi dari sang ayah. Sementara kecintaannya terhadap musik merupakan warisan dari sang ibu yang bersuara merdu. Penggunaan kaca pembesar merupakan hasil ajaran sang ayah yang terbukti sangat membantunya dalam setiap penyelidikan. Ada juga seputar kebiasaannya membuka-buka begitu banyak koran setiap hari.
Sayangnya...., kenapa dalam tugas pertamanya ini pengorbanan yang harus diberikan begitu besar. Rasanya sungguh tidak adil!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar