Penulis Salman Rushdie
Penerjemah : Anton Kurnia & Atta Verin
Penyunting : Anton Kurnia
ISBN : 9789790243637
Halaman :228
Penerbit : Serambi
Harga : Rp 35.000
Tapi, tapi, tapi
Tapi, tapi, tapi
Seperti yang pernah saya sebutkan, manusia selalu cenderung melakukan pengulangkan penyebutan sebanyak 3 kali untuk mempertegas. Sebut saja dor,dor,dor atau kring, kring, kring. Begitu juga buku ini, banyak menggunakan tapi, tapi, tapi, Itu kesan yang paling melekat saat membaca buku ini
Buku ini berkisah mengenai kehidupan seorang anak lelaki bernama Harun yang tinggal di Negeri Alifbay bersama ayahnya Rasyid Khalifa sang pendongeng, raja omong kosong dan Soraya ibunya yang suka mendendangkan lagu. Suasana di rumah keluarga Rasyid Khalifa sangat berbeda dengan sekitarnya, dimana seluruh kota itu selalu diliputi dengan kesedihan hingga melupakan namanya sendiri.
Setiap orang mempercayai Rasyid karena ia selalu mengakui bahwa segala yang dikatakannya asdalah bohong belaka dan berasal dari kepalanya sendiri. Itu sebabnya saat pemilihan umum banyak politikus yang membawa berkantong-kantong uang dan membujuknya untuk mendongeng hanya atas nama meereka saja.
Harun selalu bertanya pada ayahnya dimana asal kisah-kisah hebat yang dituturkan ayahnya, ia selalu mendapat jawaban yang tidak memuaskan. "Dari samudra Dongeng yang agung," jawabnya. "Aku meminum Air Dongeng yang hangat lalu aku merasa penuh uap." Harun merasa heran diarimana sang ayah menyimpan air panas itu. " Air itu keluar dari Kran Gaib yang dirangkai oleh Jin Air," ujar Rasyid dengan wajah datar. " Kau harus menjadi pelanggan."
Suatu saat Harun dan ayahnya mendapati sang ibu melarikan diri bersama dengan tetangganya yang selama ini sangat tidak menyukai dongeng. Efek yang ditimbulkan karena peristiwa itu sungguh luar biasa! Harun menjadi susah berkonsentrasi, jika mampu tak lebih dari 11 menit. Terhadap sang ayah malah lebih menyeramkan, mendadak tidak bisa mendongeng lagi. Harun sudah merusaha membereskannya tapi tetap saja tidak bisa. "Khattam-Shud," kata sang ayah lirih, "adalah musuh bahasa itu sendiri. Dialah Pangeran Kesunyian dan Musuh Pembicaraan. "Semuanya berakhir, sudah selesai, Khattam-Shud: Tamat" Dari katanay saja kiat suidah bsai menebak apa makna yang terkandung di dalamnya.
Dalam perjalanan di sebuah kapal laut, Harun bertemu dengan Jin Air, Pemasok Air Dongeng dari Samudra Dongeng yang Agung. Harun memaksa sang jin untuk membantunya membuats ang ayah pandai bercerita lagi. Bersamanya Harun mengalami aneka ragam petualangan yang tak pernah terbayangkan. Mulai dari berurusan dengan Alat Pemutus Hubungan, memahami cara kerja Air Harapan: makin keras berharap, makin baik. Harun juga mengarungi Samudra Arus Dongeng, dimana setiap larik warna mewakili dan berisi sebuah cerita, ada bagian yang berisi dongeng yang pernah bahkan belum diceritakan orang karena belum selesai, jenis bagian cerita yang berbeda. Karena bersifat cair, kisah-kisah itu bisa saja bergabung membentuk sebuah dongeng baru. Samudera Arus Dongeng adalah perpustakaan terbesart di seluruh jagat raya, dimana setiap cerita hidup dan berkembang.
Secara keseluruhan, kisahnya sungguh menarik. Sebuah kisah fantasi yang luar biasa menawan. Banyak nasehat atau ungkapan seputar kehidupan bisa ditemui dalam buku ini. Konon buku ini didedikasikan bagi putranya, Zafar Rushdie. Tapi sejujurnya saya meragukan kemampuan anak-anak kita dalam memahami buku ini. Bukan merendahkan kemampuan mereka, tapi selain kisah menawan, buku ini juga penuh dengan aneka macam filosofi kehidupan yang diuraikan dengan bahasa yang sedikit susah dipahami bagi anak-anak. Walau tak ada salahnya memperkenalkan buku ini kepada mereka agar mereka bisa mulai memahami makna kehidupan.
Misalnya saja kalimat panjang berikut, " kami harus membuat racun banyak sekali karena tia=tiap dongeng yang ada di Samudra mesti dihancurkan dengan cara yang berbeda. Untuk menghancurkan cerita bahagia, kau mesti membuatnya jadi menyedihkan. Untuk mengahncurkan sebuah drama laga, kau harus membuatnya menjadi sangat lambat. Untuk menghancurkan kisah misteri, kau mesti membuat penjahatnya gampang ditebak, bahkan oleh orang paling bodoh sekalipun. Untuk menghancurkan dongeng cinta kau mesti mengubahnya menjadi drama kebencian. Untuk menghancurkan kisah tragedi kau mesti membuatnya menjadi lawakan lucu dan menggelikan. Untuk mengahncurkan Samudra Dongeng, kau mesti menambahkan khattam-Shud"
Tak kalah menariknya, di halaman belakang kita bisa menemukan uraian singkat mengenai nama-nama yang ada dalam buku ini. Setidaknya lebih memudahkan kita dalam memahami kisah. Miisalnya saja Bat-Mat-Karo berarti Tak-Boleh Bicara, Alifbay adalah sebuah negeri khayalan, berasal dari kata Hindustan untuk "abjad"
Saya sempat kaget saat mendapat kiriman kover buku ini dalam versi yang berbeda. Menurut informasi dari pihak yang terpercaya, buku ini juga pernah diterbitkan oleh penerbit tetangga. Sayang karena lokasi saya tinggal berjauhan dengans ang sumber informasi, saya tak bisa mengintip bagaimana isi buku satunya lagi. Dari sisi terkjemahan, kertas, bentuk dan lainnya.
Sir Ahmed Salman Rushdie lahir 19 Juni 1947. Merupakan seorang novelis India Inggris. Novelnya yang berjudul midnight Children memenangkan Booker Prize pada tahun 1981. Sementara novel keempatnya, The Satanic Verses (1988), menimbulkan kontroversi besar, hingga mengakibatkan ancaman kematian yang dikeluarkan untuk Rushdie, termasuk oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini, Pemimpin Tertinggi Iran, pada tanggal 14 Februari 1989.
Pada Mei 2008 The Times menempatkannya pada urutan ketiga belas dalam "50 penulis Inggris terbesar sejak tahun 1945
Tidak ada komentar:
Posting Komentar