Penerbit: Shira Media
Harga: Rp 199.000
Rating: 4.75/5
"Bahasa adalah keragaman. Ribuan cara berbeda untuk memandang, untuk bergerak, di dunia ini. Tidak: bahasa adalah ribuan dunia. Dan penerjemah-adalah perkara yang perlu dilakukan, meski sia-sia untuk bergerak di antara berbagai dunia itu."
-Babel, hal 627-
Pembaca umumnya sudah mengenal sosok Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso, para tokoh dalam kisah Negeri 5 Menara besutan Ahmad Fuadi. Saat saya kecil dahulu, hari-hari saya banyak ditemani oleh Darrell Rivers, Alicia Johns, Sally Hope, Mary-Lou, dan Gwendoline Mary Lacey para gadis yang bersekolah di Malory Towers. Sebuah kisah karya Enid Blyton.
Seiring waktu, mumcul Harry Potter, Ron Weasley dan Hermione Granger, tiga sekawan dalam serial Harry Potter yang fenomenal. Maka sekarang saatnya kita berkenalan dengan Robin dari Kanyon, Remy dari Calcuta, Letty seorang putri jendral dari Inggris, dan Victoire dari Haiti, para mahasiswa penerjemah dari Babel.
Kesamaan dari para tokoh adalah mereka semua tinggal di sekolah yang memiliki asrama. Bedanya, kehidupan keempat mahasiswa Babel diwarnai dengan berbagai peristiwa tak biasa. Semula mereka merasa beruntung karena menjadi mahasiswa di Babel, sebelum menyadari ada yang rahasia kelam yang disembunyikan.
Seorang anak yang terbaring lemas merupakan satu-satunya yang selamat dari wabah kolera di Kanton, menjadi pembuka kisah. Profesor Lovell dari Inggris berhasil menyelamatkan anak tersebut dengan menggunakan batangan perak. Ia selanjutnya menjadi anak angkat profesor dan memilih nama Robin Swift untuk dirinya.
|
https://www.goodreads.com/book/show/ 62212475-babel-czyli-o-konieczno-ci-przemocy |
Robin selanjutnya dibawa ke Inggris guna mendapat pelajaran bahasa Yunani Kuno dan bahasa lain agar bisa menjadi mahasiswa Institut Penerjemah, Babel di Universitas Oxford dimana ia bersahabat dengan empat mahasiswa lainnya.
Buku ini terbagi dalam 5 buku-saya lebih suka menyebutnya dengan bagian, 33 bab, 1 epilog, serta 2 jeda yang masing-masing membahas tentang Remy dan Letty. Secara garis besar, Bagian pertama membahas tentang asal mula Robin bertemu dengan Profesor Lovell, hingga memulai perkuliahan di Babel.
"Karena, kalau bahasa memang gratis, jika pengetahuan itu gratis. lantas mengapa semua Gramatika dikunci dan digembok di menara? Mengapa kita tidak pernah mengundang ilmuwan asing, atau mengirim ilmuwan kita untuk membantu membuka pusat penerjah di tempat lain di dunia?"
"Karena, sebagai Institusi Penerjemah Kerajaan, kita melayani kepentingan kerajaan."
-hal 138-139-
Bagian kedua membahas tentang situasi saat kuliah. Bukan hal mudah mengingat mereka sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Tak ada yang melayani Ramy jika ia pertama tiba di kedai. Bahkan kedua gadis harus mengajak teman pria sebagai penjamin jika ingin meminjam buku di perpustakaan, salah satu bentuk diskriminasi.
Bagi Robin, Babel adalah satu-satunya tempat yang menghargai bakatnya dalam hal bahasa, sehingga ia tak harus menjadi pengemis di jalanan Kanton. Babel merupakan fakultas paling bergengsi di Oxford, jaminan keselamatan bagi Robin. Setidaknya sebelum ia bertemu dengan Griffin.
Griffin ternyata memiliki hubungan erat dengan Robin. Ia merupakan sosok yang membuka matanya tentang bahayanya kolonialisme. Robin menyadari kekuatan yang timbul dari penguasaan suatu bahasa. Keahlian yang dimanfaatkan oleh petinggi di Inggris untuk melakukan upaya penaklukan pada negara lain.
Selanjutnya pada bagian ketiga menguraikan perihal Profesor Lovell yang mendapat panggilan tentang kondisi Robin yang kacau akibat pengaruh Griffin. Perdebatan sengit terjadi diantara keduanya. Robin membantu Hermes mencuri batangan perak dari Babel, karena hanya mahasiswa dan profesor Babel yang dapat memasuki menara.
|
https://www.goodreads.com/book/ show/62029289-babel-or-the-necessity-of-violence |
Dikisahkan juga tentang perjalanan mereka berempat mendampingi Profesor Lovell ke Kanton. Robin dianggap telah mengatakan sesuatu yang tak patut sehingga perjalanan yang seharusnya diteruskan menuju Mauritius dibatalkan, mereka bertolak kembali ke Inggris.
Perbedaan pendapat antara Robin dan Profesor Lovell terjadi lagi. Kali ini akibatnya tidak main-main! Keempat mahasiswa juga harus menentukan sikap akan memihak kemana. Babel yang memanjakan mereka dengan aneka uang saku dan fasilitas, atau Perkumpulan Hermes yang mengaku sebagai pejuang untuk melawan ketidakadilan dan kejahatan pemerintah.
Puncak kehancuran kehidupan Robin, bisa dikatakan demikian, ada pada bagian keempat. Ia bukan lagi mahasiswa Babel yang dikagumi banyak orang. Sepanjang sisa hidup, ia harus menanggung akibat perbuatannya selama dalam perjalanan dari Kanton. Belum lagi, kesedihan mendalam karena salah satu sahabatnya meninggal. Untuk kenapanya, baca langsung saja di buku😅."Universitas membuat kami memerangi bangsa kami dan membuat kami percaya bahwa pilihan kami hanyalah patuh atau menghadang...."
-hal 487-
Robin semakin memahami tujuan sesungguhnya dari Hermes, untuk membantu ia bahkan rela menjadi borunan bersama dengan temannya yang tersisa. Satu meninggal, satu berkhianat, nasib memang sedang tidak berpihak pada Robin.
Pada bagian penutup, pembaca akan mengetahui bagaimana akhir perjuangan Robin dalam membela prinsipnya. Ia tidak hanya bergandengan tangan dengan anggota Hermes, namun juga bersekutu dengan mahasiswa yang dulu dianggapnya aneh karena sering melakukan demo.
Robin sudah memutuskan untuk menguasai Babel sebagai bukti perlawanannya pada penguasa. Ia juga mencegah perawatan batang perak pada Jembatan Westminster. Hal ini menimbulkan perpecahan diantara mereka.
Pada akhirnya, hidup adalah tentang bagaimana kita memilih. Memilih untuk bersikap, memilih untuk berbuat sesuatu. Atau memilih untuk diam saja tidak berbuat apa.
"Kekerasan adalah satu-satunya bahasa yang mereka pahami karena sistem ekstraksi mereka pada dasarnya memang dilakukan dengan kekerasan. kekerasan mengguncang sistem itu."
-hal 466-
Jika Harry Potter dan teman-temannya punya tongkat sihir, maka Robin dan para mahasiswa Babel memiliki batangan perak. |
https://www.goodreads.com/book/ show/135958717-babel |
Batangan perak yang disebut-sebut dalam kisah ini, memiliki kekuatan tertentu, proses pembuatannya-cipta-perak hanya boleh dilakukan oleh mahasiswa Babel tingkat tertentu. Prinsip dasar cipta-perak sangat sederhana. yaitu dengan menuliskan padanan kata dari bahasa berbeda namun memiliki kesesuaian. Distorsi yang terjadi akan ditangkap kemudian dimanifestasikan oleh perak. Efeknya bisa bermacam-macam, pada perasaan, suara, kecepatan, stabilitas, warna, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Selain kisah yang menarik, buku ini memiliki catatan kaki yang lumayan panjang. Jika pernah membaca buku Jonathan Strange & Mr Norrell dari Susanna Clarke, catatan kaki kedua buku serupa. Sama-sama panjang dan terinci.
Sayangnya, ada catatan kaki yang hanya menuliskan Hanzi tanpa menuliskan Pinyin-nya sehingga pembaca yang tak paham bahasa Mandarin akan kurang mengerti keterkaitan huruf tersebut dengan narasi yang ada.
Pada bagian awal bab, terdapat banyak kutipan kata dari buku. Misalnya saja ada C.S Lewis, Oxford di Bab Tiga; Charles Dickens, Oliver Twist di Bab Lima serta Great Expectation di Bab Dua belas; dan Lewis Carrol, Through the Looking-Glass di Bab Enam. Beberapa nama ada yang tidak saya kenal, tapi hal ini malah memicu rasa ingin tahu untuk mencari informasi lebih lanjut tentang mereka. Buku yang menggugah rasa ingin tahu😅.
Pertama kali melihat edisi asli, saya sudah membayangkan kisah yang suram. Beberapa penerbit juga membuat kover senada. Hanya beberapa yang memberikan sentuhan warna cerah, salah satunya penerbit buku ini.
Bagi saya selaku pembaca, hal ini membuat suasana hati saat membaca menjadi tidak terlalu "suram". Begitu melihat kover mengandung warna ceria, mengurangi kesan suram dan menciptakan rasa hangat rasanya hati.
Sempat juga menemukan ada beberapa saltik dalam buku. Sayangnya saya tidak memberikan tanda di halaman berapa. Seingat saya, hanya kata berulang, misalnya "jangan jangan" serta huruf yang tidak lengkap dalam sebuah kata.
Sudah! Abaikan saja! Apa yamg tim penerbit lakukan dalam upaya menghadirkan buku ini bagi pembaca harus diapresiasi. Bukan hal mudah. Konon kabarnya bahkan penerbit dan penerjemah kondang yang semula akan penerbitkan buku ini membatalkan rencana tersebut. Untunglah ada penerbit ini😘, kalau tidak, bisa batal baca edisi terjemahan.
|
https://www.goodreads.com/book /show/205298869-babel |
Kisah fantasi tentang Oxford pada tahun 1930-an ini direkomendasikan bagi para penerjemah, pekerja dunia buku, dan mahasiswa ilmu budaya, khususnya yang tertarik pada linguistik. Demikian juga para penggila buku, agar bisa memahami kekuatan yang ada dibalik hasil terjemahan dan kekuasan yang bisa dimiliki oleh penerjemah.
Buku ini berhasil memperoleh penghargaan berupa Nebula Award for Best Novel (2022), Locus Award for Fantasy Novel (2023), World Fantasy Award Nominee for Novel (2023), British Book Award for Fiction (2023), ALA Alex Award (2023), Goodreads Choice Award Nominee for Fantasy (2022), Ignyte Award Nominee for Best Novel: Adult (2023), serta Barnes & Noble Book of the Year Award Nominee (2022).
Membaca buku ini, membuat saya makin merasa perlunya seseorang memiliki kemampuan berbagai macam bahasa, selain bahasa Inggris yang sudah dianggap bahasa yang wajib dipahami. Dengan menguasai berbagai bahasa, selain bisa menjalin kerjasama dengan pihak lain. Segala hal, mengandung 2 sisi, termasuk perihal bahasa.
Jadi ingat akan sosok Raden Mas Panji Sosrokartono. Dengan kemampuan menguasai lebih dari 30 bahasa (daerah dan internasional). Poliglot yang mempergunakan kemampuannya untuk bangsa.
Berikut kalimat yang layak dijadikan penutup. Maafkan saya yang lupa mengutip dari halaman berapa (terlalu bersemangat mencopot pemberi tanda tanpa memperhatikan ada kutipan yang belum dituliskan halamannya)
Bahasa bukan sekedar kumpulan kata-kata. Melainkan cara memandang dunia. Bahasa adalah kunci peradaban, Dan pengetahuan itu layak dipertaruhkan dengan nyawa.
Spektakuler!
.