Sabtu, 30 Agustus 2014

Review 2014 # 49: Wedding Manual Book

              Sudut bumi, 20XZ

Cintaku
Belahan jiwaku
Tak terasa sudah mendekati akhir bulan Agustus. Artinya kian mendekati saat sebuah kesepakatan besar yang akan kita sepakati bersama. Bagaimana juga hasilnya kelak, semuanya didasari atas keinginan untuk mendapatkan yang terbaik bagi diri kita.

Bagaimana khabarmu disana? Golf, hobi barumu rupanya cukup menyita waktu sehingga jarang membuatmu istirahat total. Apapun itu, ku tahu kau pasti bisa menjaga diri dan membagi waktu dengan baik.

Jumat yang lalu, sebuah paket  buku mendarat di kantor. Saat kubuka, salah satu isinya membuatku tersenyum. Pertandakah ini? Entahlah. Namun bagaimana kelak, menurutku informasi mengenai buku ini perlu dibagikan bagi banyak orang. Karena hal kecil sekalipun bisa membuat riak dalam sebuah rumah tangga.

Masih ingatkah ucapan seperti ini?
 
Ampun.....! Tinggal 2 bulan lagu gue merit, busyet belum beres juga  persiapan.

Mampus gue! Kelupaan bikin foto prewed, mana undangan banyak belum dikirim. Gimana nih........!

Nyesel banget pakai jasa  ketering XXX makanan kurang, rasa ngak enak, mana bayarannya mahal lagi.

Beberapa sahabat kita pernah mengucapkan kalimat sejenis. Maknanya mereka merasa kesulitan saat mempersiapkan pernikahan. Tidak hanya mempersiapkan diri secara mental, namun urusan lain juga membutuhkan perhatian, misalnya urusan baju pengantin, jumlah undangan hingga urusan parkir tamu. 

Bahkan ada yang sudah melaksanakan pesta pernikahan tapi meredam kecewa karena beberapa pilihan pelayanan seperti katering, jasa dekorasi tidak sesuai dengan keinginan. kekecewaan tersebut tersimpan dalam kurun waktu yang lama.

Buku yang aku terima sepertinya bisa membantu mereka yang akan mempersiapkan pernikahannya. Mungkin juga bisa membantu kita kelak, siapa yang tahu.

Judul: Wedding Manual Book
Penulis: Nurul Fithrati & Launa Wedding Organizer
Penyunting: Fitria Pratiwi
Pendesain Sampul: RNuruli
Penata Letak: RNuruli
Ilustrator Sampul: Illa Chungurov & Iyeyee
Ilustrator Isi: Ivana Forgo, Pixejoo & RNuruli 
ISBN: 979-065-221-6
 

Halaman:  256
Penerbit: VisiMedia Pustaka

Menilik judulnya, bisa ditarik keseimpulan singkat bahwa buku ini berisi tentang panduan untuk mempersiapkan sebuah pernikahan. Meskipun kedengarannya merupakan kalimat sederhana, tapi ternyata sebuah pesta pernikahan membutuhkan persiapan yang cukup banyak. Juga biaya yang tak sedikit.

Tidak mau repot, atau tidak tahu harus bagaimana merupakan keadaan yang paling sering dihadapi oleh pasangan pengantin.  Itu yang membuat berjamurnya W.O dan W.P. Kedua kata tersebut W.O  alias Wedding Organizer serta W.P alias Wedding Planner sering kali ditulis dalam buku ini. Namun mengenai apa itu sebenarnya W.O dan W.P, apa perbedaannya,  tidak ku temukan dalam buku ini, Mungkinkah aku yang terlalu bersemangat membaca sehingga kurang konsen? Tapi secara singkat bisa ditarik kesimpulan jika W.O membantu merencanakan hingga melaksanakan pesta, sementara W.P hanya membantu menyusun rancangan saja.

Secara garis besar ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam rangka mempersiapkan pernikahan, diluar persiapan mental  tentunya.  Calon pengantin perlu memberikan perhatian pada urusan busana pengantin dan rias wajah, dekorasi pelaminan dan lokasi tempat dilangsungkannya akad nikah dan pesta, mengabadikan peristiwa dalam bentuk foto dan video serta foto-foto prewed, undangan dan terakhir souvenir. Tapi semuanya juga harus dipadukan dengan tema dan anggaran.

Misalkan saja tema yang dipilih adalah tentang buku, kalau yang ini sepertinya impian kita berdua he hehe. Maka banyak hal yang harus disesuaikan dengan tema buku, seperti baju, dekorasi, souvenir  dengan tentunya mempertimbangkan apakah anggaran sesuai atau tidak. Jika tidak maka perlu diadakan penyesuaian.
Contoh Anggaran Gaun Pengantin

Busana menjadi hal pertama yang dipersiapkan oleh calon pengantin. Karena mengambil tema buku tentunya busana bisa dibuat seperti pengantin pada umumnya, atau dibuat nyeleneh dengan membuat gaun dengan gambar judul buku. 

Sekali lagi awas, ingat biaya yang harus dikeluarkan.
Mungkin saja kita bisa mewujudkan gaun impian yang sesuai dengan tema tapi untuk urusan anggaran menjadi membengkak. Untuk itu harus disiati sehingga impian mempergunakan gaun pengantin impian bisa terwujud dengan biaya yang bersahabat. Jangan  seragam untuk keluarga inti pengantin, panitia dan tata riasnya. Semuanya juga harus sesuai dengan tema yang diusung.

Untuk dekorasi malah mudah, tinggal pasang gambar-gambar buku. Dalam kasus kita kelak, mungkin bisa kita pasang replika bukumu? Dengan patung angsa dan kijang sebagai tambahan dekorasi sesuai dengan tokoh yang ada dalam bukumu. Pasti seru hi hi hi.

Sementara bagi mereka yang tidak memiliki angan-angan tentang sebuah tema, bisa mempertimbangkan  dekorasi dan lokasi. Misalkan jika membuat acara di pinggir kolam dengan tema pesta kebun. Tema bisa berupa warna, misalnya Lady in Red. Atau dibuatkan  kisah dongeng ala Cinderella. Masih ingat saat salah satu pemain bulutangkis kita meraih piala olimpiade untuk pertama kali? Pernikahan mereka mengambil tema piala olimpiade dengan banyak unsur bulutangkis pada dekorasinya.

Beberapa contoh pelaminan dan pasangan pengantin juga terdapat dalam buku ini. Mungkin mereka adalah pengguna jasa W.O sang penulis. Akan lebih manis jika tercantum nama pengantin sebagai pelengkap ucapan terima kasih. Pengantin yang namanya tertulis akan berasa bangga dan memberikan rekomen W.O tersebut bagi mereka yang akan menikah. Selain membina hubungan, promosi sudah bisa diraih. Atau diambil secara resmi dari situs yang disebut di depan?

Cintaku
Belahan jiwaku 
Untuk urusan undangan sepertinya para calon pengantin harus memperhitungkan dengan tepat jumlah orang yang diundang dan akan hadir, hal ini untuk mempersiapkan kapasitas lokasi dan jumlah konsumsi yang harus dipesan.
Anggaran Selamatan Sederhana

Misalkan aku mengundang rekan-rekan dari penerbit X maka aku harus memperhitungkan dari penerbit X kira-kira akan datang berapa orang. Dari satu undangan bisa saja yang datang ada 10 orang. Lalu dirimu mengundang rekan-rekan dari tempat latihan dansa, bisa jadi dari 25 orang jadi sekitar 50 karena mereka mengajak pasangannya masing-masing. Bayangkan dari 2 undangan yang dianggap adalah 4 orang bisa menjadi 60 orang.  Sangat tidak diharapkan karena salah perhitungan mengakibatkan kekurangan makanan dan suasana menjadi sesak akibatnya membuat tidak nyaman para tamu yang hadir.

Meski kelihatannya kecil, urusan souvenir pernikahan juga harus mendapat perhatian. Masih ingatkah dirimu seringnya beberapa sahabat mengintip koleksi souvenir pernikahanku? Mereka umumnya ingin memberikan sesuatu yang berbeda. Aneh memang tapi jika diperhatikan bahkan souvenir pun ada musimnya. Suatu saat aneka kipas menjadi souvenir, lain waktu tempat lilin atau notes kecil. Biasanya mereka memilih sesuatu yang bisa merepresentasikan dirinya. Manfaat juga menjadi alasan pilihan. Memberikan souvenir berupa barang yang bisa bermanfaat akan membuat souvenir tersebut disimpan lebih lama. Pengantin berharap melalui souvenir tersebut pesta pernikahan mereka akan lebih lama dikenang.

Hal lain yang walau bukan merupakan hal utama namun harus mendapat perhatian ekstra dari sisi pengaman, tempat amplop hadiah bagi sang pengantin. Kita sepakat ini memang bukan proyek untung rugi, berapa pun yang diterima sebagai hadiah wajib disyukuri. Namun beberapa kisah sahabat yang menceritakan kehilangan 1 buah tempat amplop sungguh miris. Pihak pengantin pria mengira sosok berbaju batik dengan menggunakan lambang panitia dikira kerabat pengantin wanita, sementara pihak keluarga mengira sebaliknya. Untuk itu, bunga atau pita lambang panitia memang sebaiknya dibagikan oleh orang yang mengenal keluarga kedua belah pihak, atau dibagikan bersama untuk menghindari kekpnyolan seperti itu. Bahkan ada yang tetap meninggalkan kotak tempat uang berisi batu dan mengambil isinya. Maling memang punya 1001 akal. 
  Secara garis besar buku ini sangat perlu dimiliki dan baca bagi mereka yang sudah memutuskan untuk menikah. Pedoman-pedoman yang diberikan sangat membantu menentukan langkah dalam melaksanakan persiapan. Beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan oleh pasangan calon pengantin juga bisa ditemukan dalam buku ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk mensukseskan acara. 

Pada halaman 156 contohnya. Ada beberapa hal yang sebaiknya jangan dilakukan calon pengantin saat mendekati hari bersejarah dalam hidupnya. Antara lain jangan melakukan diet berlebihan karena hal ini justru membuat calon pengantin justru menderita lemas atau bahkan jatuh sakit. Atau jangan melakukan perawatan wajah/facial sehari sebelum hari H, karena jika ada alergi akan sulit mengatasinya. Ingin tampil cantik memang sudah kodrat, tapi kadang juga harus memperhatikan hal lain.
 
Untuk urusan ilustrasi isi, buku ini sangat memanjakan mata. Aneka ilustrasi menawan dan halaman berwarna membuat buku ini makin menarik. Warna-warna yang berbeda memudahkan pembaca memahami mana bagian yang merupakan tips, mana yang uraian serta mana yang merupakan list yang harus diperhatikan saat pelaksanaan.
Form order WO

Sayangnya buku ini tidak memberikan CD berisi aneka list yang harus diperhatikan bagi calon pengantin, juga tugas bagi panitia dan lainnya. Dari pada panitia mengetik ualng tentunya akan lebih memudahkan jika bisa langsung edit dan  mencetak. Padahal buku terbutan Visimedia yang ku terima terdahulu memberikan bonus CD yang sangat membantu pembaca mempraktekan isi buku.

Dalam buku ini, penulis juga memberikan pertimbangan apakah akan menggunakan jasa W.O atau akan mengatur sendiri seluruh acara. Pertimbangan urusan anggaran. tenaga dan waktu merupakan point yang harus diperhatikan. Jadi tidak harus mempergunakan W.O, semuanya tergantung pada kesepakatan kedua keluarga pengantin dan kesanggupan kedua pengantin sendiri.

Buku tentang bagaimana mempersiapkan pernikahan dari banyak sisi seperti mempersiapkan gedung, kompromi adat, biaya dan lainnya sudah bisa kita temui di toko buku. Baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing.  Tapi  yang khusus membahas tentang calon pengantin Islami belum banyak dibahas. Konon penulis menerbitkan buku ini karena kecewa akan pengaturan saat pernikahannya. Dari dandanan yang medok hingga tetap memakaikan sanggul membuatnya sadar akan kebutuhan W.O Islami. Maka akan lebih menarik jika buku ini dijadikan sebagai Wedding Manual Book Muslimah.

Namun jika penulis buku ini adalah pemilik W.O Muslimah, kenapa gambar depannya tidak mencerminkan sisi dari apa yang selama ini digelutinya. Menilik baju yang dikenakan model, sepertinya merupakan baju tak berlengan. Mungkin lebih bagus jika gambar diubah dengan tidak mengusung sosok pengantin. Misalnay cukup difokuskan pada bunga saja atau hantaran .

Entah kurang teliti membaca, tapi  tidakku temukan web atau link mengenai W.O milik sang penulis, Launa Wedding Organizer. Selaku penulis dan pemilik W.O tak ada salahnya jika mencantumkan web atau link agak para calon pengantin bisa lebih mendapat gambaran mengenai apa saja yang harus mereka lakukan. Juga jika ada calon pengantin yang terdesak waktu, mereka bisa langsung bisa menghubungi W.O tersebut. Plus anggaplah ini merupakan sebuah ajang promosi. Terlepas urusan jadi tidaknya jasa mereka dipakai.

Cintaku
Belahan jiwaku 
Meski bukan pertimbangan utama, sekali lagi urusan anggaran harus diperhatikan dengan seksama.  Sungguh tidak elok jika selesai menggelar pesta, ternyata pundi-pundi uang keduanya hanya berisi beberapa lembar uang saja. Lebih celaka jika malah menimbulkan hutang.

Membuat sebuah pesta pernikahan yang sempurna dimata tamu undangan sungguh perbuatan yang sia-sia. Kadar sempurna bagi setiap orang tidaklah sama. Terpenting justru sepasang pengantin merasa bahagia akan pesta yang digelar dan menerima kekurangan dengan lapang dada, menjadikannya sebagai rangkaian dari kenangan indah.


Bagaimana juga, buku ini hanya memberikan paduan mempersiapkan pesta pernikahan. Kembali semuanya berpulang pada sang pengantin dan keluarganya. Pernikahan tidak saja menyatukan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga besar dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Tak heran dahulu para sesepuh sering melarang calon pengantin bertemu sebelum hari pernikahan karena bisa berakibat batalnya pernikahan tersebut. Mengingat begitu banyak tekanan yang didapat bukan tidak mungkin terjadi benturan diantara kedua calon pengantin. Jika tidak disikapi dengan sabar, benturan tersebut bisa mengakibatkan fatal. Ego kedua calon pengantin bisa berbenturan. Alih-alih menggelar pesta pernikahan, justru putusnya hubungan yang didapat akibat tekanan mempersiapkan pesta yang sempurna. Tragis. Memadu kasih sekian lama justru berakhir disaat perjuangan kasih mereka hampir mencapai tujuan.

Berharap engkau bisa menikmati buku ini. 
Minimal membagikan pengetahuan bagi mereka yang membutuhkan, sebelum kita juga membutuhkannya.Mungkin.
Akan kukirim segera bersama hatiku.

Big hug

TR


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar