Rabu, 09 April 2014

Review 2014#23: Uang Kuno Selayang Pandang


Penyunting: Yemima Lintang Khastiti
Perancang Sampul: Giaanni Messah Tjahjadi
Penataletak: Fermandus Antonius
ISBN-13: 978-979-91-0359-8
Halaman: 88
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Harga: Rp 45.000

------
------
------
Apabila kami temukan unsur penipuan, mistik, maupun uang Soekarno gulung/lengkung/tulisan arab/palu arit, dlsb.
Maka dengan berat hati akan kami hapus.
http://pembeli-uangkuno.blogspot.com/

Kalimat yang tertera pada sebuah web membuat saya tersenyum sendiri. Urusan uang memang selalu punya banyak kisah selain urusan kenekatan yang dilakukan orang karena uang. Misalnya saat kuliah, sempat ada info bahwa uang nominal lima ratus rupiah yang berwarna kuning dihargai mahal karena kandungan logamnya. Maka tak heran jika banyak yang berusaha keras mengumpulkan uang tersebut sambil mencari info dimana bisa "menjual" uang yang sudah dikumpulkan.

Lalu uang souvenir seharga lima puluh ribu dengan lambang presiden kedua kita yang diharga dua kali lipat. Terakhir uang seratus ribu rupiah plastik yang diburu dengan alasan nilai jualnya lebih besar dari pada nilai nominalnya. Masalahnya sama, siapa dan bagaimana proses jual belinya.

Saat tahu saya punya beberapa uang lawas, banyak sahabat yang sibuk bertanya apakah ada donimal sekian, gambar sekian, terutama sekali uang yang konon membuat banyak orang terpesona, uang soekarno yang bisa menggulung saja diletakan di telapak tangan. Uang yang dicetak di negara tetangga tersebut menurut beberapa orang mengandung semacam bahan sistetis yang tarik-menarik layaknya magnet. Saat diletakan lurus pada telapak tangan, kedua ujungnya yang memiliki medan magnet berbeda saling menarik hingga uang tersebut menggulung. Penjelasan ilmiah tersebut berbeda dengan pendapat banyak orang yang menyebutkan ada faktor X pada uang tersebut.

Uang sebenarnya adalah  alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat. dalam proses pertukaran barang dan  jasa. Wujudnya ada uang kartal  seperti uang yang biasa kita kenakan sehari-hari. Serta Uang Giral, uang  dalam bentuk simpananyang bisa ditarik sesuai kebutuhannya. Pertanyaannya jika kita membayar dengan mempergunakan kartu kredit, debit dan sejenisnya maka kita mempergunakan uang? Silahkan dipikirkan.

Salah satu fungsi uang adalah sebagai satuan hitung (unit of account) selain alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran dan alat penyimpan nilai (valuta) sehingga wajar rasanya jika uang  sebagai satuan hitungrupiah  memiliki sejarah yang cukup panjang di negara kita. Buku ini mengisahkan tentang sejarah uang yang beredar di tanah air dahulu.

Buku ini terdiri dari beberapa bagian menarik yaitu; Sejarah Mata Uang, Ragam Mata Uang Indonesia, Cerpen, Humor, Uang Logam Hindia-Belanda, Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi serta tentu saja lampiran yang berisi tentang aneka gambar menawan  buku tabungan, kotak uang daftar mata uang dan lainnya.

Pada sejarah mata uang kita akan menemukan aneka uraian menarik tentang sejarah uang yang meliputi masa Hindu-Budha, masa Islam, masa kolonial, serta masa revolusi dan setelahnya.Perkembangan uang kertas di tanah air tidak dapat dilepaskan dari perkembangan politik, kolonialisme dan pembentukan negara baru. Karena otorisasi penerbitan dan pemberlakuan uang sebagai instrumen moneter suatu negara berada di bawah wewenang pemerintahan yang berkuasa.

Sampai tahun 1940 ada tiga jenis mata uang yang berlaku di negara kita. Uang logam yang dikeluarkan oleh pemerintah, uang kertas yang dikeluarkan oleh Javasche Bank sera uang gantia seperi giro, wesel dan cek. Sekarang wesel tidak perlu dikirim dengan mempergunakan blanko berwarna hijau pupus seperti ketika saya SD. Dengan kemajuan teknologi serta berkembangnya dunia perbankan bisa saja suatu saat proses pengiriman uang dengan mempergunakan wesel akan tidak digunakan lagi.

Cerita pendek tentang perjalanan sebuah uang ketip yang berlubang pada bagian tengah membuat kita terharu. Kisahnya seputar sebuah keluarga Arab yang terpisah sekian lama dan bisa berkumpul kembali karena uang ketip yang dipergunakans ebagai bandul kalung sang anak. Mengharukan.

Setelah terharu membaca kisah dalam cerpen, acara selanjutnya pembaca akan dibuat tertawa saat membaca bagian humor. Aneka humor tentang uang disajikan secara segar dan menghibur. Dengan ilustrasi yang menawan dan halaman yang diberi warna cerah membuat pembaca merasa terhibur.

Selanjutnya sehabis membaca aneka uraian seputar uang, maka pembaca akan menemukan aneka contoh uang pada bagian Uang Logam Hindia-Belanda serta Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi.  Bentuknya beragam. Uang logam umumnya memang berbentuk bulat, tulisan yang tertera yang menarik. Ada yang menggunakan bahasa dan lambang Kerajaan Belanda, ada juga yang menggunakan huruf Arab serta Honacara.

Aneka ilustrasi pada bagian  Uang Kertas Masa Kolonial-Revolusi tak kalah menarik untuk dilihat. Jika disimak kebanyakan menggunakan wajah Presiden Sukarno sebagai model. Seri Pekerja Tangan terbitan Bank Indonesia tahun 1964 mempunya nilai nominal yang sama sepuluh ribu rupiah. Perbedaannya ada pada warna dan tanda air yang berbeda. Seri Sudirman tahun 1968 merupakan uang kertas berseri terakhir yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sejak itu uang tidak diterbitkan berseri lagi. Sementara Seri  Kebudayaan  tahun 1952  yang terdiri dari pecahan 5,10,25,30,100, 500 dan 1.000 rupiah merupakan uang seri pertama yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

Secara garis besar buku ini memberikan wawasan tentang sejarah uang kuno di nusantara. yang terpenting, pada lampiran kita bisa menemukan keterangan mengenai museum yang terkait dengan uang serta laman kolektro serta dimana kita bisa  melakukan transaksi jual biasa. Hal yang sangat perlud iketahui bagi mereka yang ingin mendalami perihal uang kuno.

ORI, Oeang Republik Indonesia berlaku pertama kali pada 30 Oktober 1946 walau tanggak cetak yang tertera adalah 17-8-1945. Pemerintah merasa perlu ada mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.   ORI pertama kali tampil dalam bentuk uang kertas bernominal satu sen dengan gambar muka keris terhunus dan gambar belakang teks UUD 45. Seiring waktu, uang ORI berkembang menjadi 5 sen,10 sen, setengah rupiah, 1  rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah dan 100   rupiah. Pecahan rupiah memiliki nomor seri, sementara sen tidak.

ORI ditandatangani Menteri Keuangan saat itu A.A Marami. Dasar hukum dikeluarkannya ORI adalah Undang-undang no 17 tahun 1946 tentang Pengeluaran Uang Republik Indonesia yang ditetapkanleh Presiden Sukarno pada 01 Oktober 1946.  Dasar pertimbangnya adalah " bahwa uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah asing perlu diganti dengan uang Republik Indonesia sendiri; bahwa jumlah uang yang ada dalam peredaran pada waktu sekarang oleh karena besarnya tidak sesuai dengan kemungkinan untuk menggunakannya."  Lengkapnya bisa disimak di https://www.dpr.go.id/

Dengan berlakunya ORI maka uang Jepang serta  uang Javasche Bank  tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak oleh  Percetakan  Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna dan memakai pengaman serat halus. Walau berlakunya tidak lama namun bisa disebut ORI memiliki andil besar dalam sejarah perkembangan uang di tanah air.

Pesona uang kuno juga menarik banyak orang untuk mengoleksinya, mereka disebut numismatis. Sedangkan sebuah  studi atau kegiatan mengumpulkan uang serta benda-benda terkait lainnya disebut Numismatik.    Numismatik berasal dari bahasa latin Numisma yang berarti uang logam. Tidak hanya menikmati gambar atau disain uang tapi numismatik juga mempelajari banyak hal seputar uang tersebut antara lain, sejarah mata uang itu sendiri, cara pembuatannya, ciri-cirinya, variasi yang ditemukan, pemalsuannya, sejarah politik terbentuknya mata uang tersebut. Belakangan kegiatan ini sudah mulai dianggap sebagai salah satu cara investasi.    Di tanah air sendiri sudah ada  Asosiasi Numismatik Indonesia (ANI). Mereka bahkan menerbitkan bulettin sendiri. Prestasi yang luar biasa!

Saya jadi tergoda mengutip sebuah puisi yang ada seputar uang, judulnya Matematika Uang karangan Haris Kertorahardjo di Magelang pada 04 Januari 2009.

-------
-------
-------
tahun demi tahun menjaga keseimbangan
uang jadi simbol kekayaan
uang jadi simbol kemiskinan
namun yang hanya punya kekayaan uang itulah yang miskin!
 -------
-------
-------

1 komentar: